Sabtu, 30 Juli 2011

PENGANTIN MURIDKU 3

aEsIya deh! Nah, tahan sebentar ya, Kak!aEt Rendy lalu berjalan kebelakang tubuhku yang masih menungging. Aku bisa merasakan ia memegang spidol yang tertanam dalam pantatku. Perlahan-lahan ditariknya spidol itu keluar dari pantatku.
aEsAww… auuch…aEt rintihku pelan saat merasakan gesekan batang spidol itu di permukaan lubang pantatku yang rasanya sedikit sakit, namun agak geli juga. Apalagi saat aku mengejan, pantatku terasa semakin nikmat dengan tekanan itu.
PLOOP! Terdengarlah suara lepasnya spidol itu dari pantatku.
aEsAAHH!!aEt Sontak aku berteriak merasakan kelegaan yang kembali ke lubang pantatku setelah sekian lama disumbat. Namun, sebelum aku sempat berdiri dan merasakan kelegaan, Rendy segera menarik dan menghempaskan tubuhku ke ranjang canopy itu sehingga aku kembali terbaring diatas ranjang.
aEsAduh!aEt Aku segera berusaha bangkit, namun Rendy segera menerkam dan menimpa tubuhku.
aEsJangan bergerak Kak!aEt perintahnya. Entah bagaimana, aku segera menuruti perintah Rendy dan mulai merelakan tubuhku dipermainkan olehnya.
aEsSekarang kakak kupanggil pakai nama saja ya? Erina…aEt pintanya manja.
aEsI, iya… terserah kamu…aEt jawabku dengan wajah memerah saat menatap wajah Rendy yang ada tepat diatas wajahku.
aEsAh!aEt aku menjerit kecil saat Rendy mencengkeram dan meremas-remas dadaku. Tangan kanannya menekan payudaraku dengan perlahan dan mencubitnya dengan lembut, sementara tangan kirinya menyibakkan rambutku. Rendy lalu mendekatkan wajahnya dan mencium pipiku.
aEsErina, kamu wangi deh!aEt pujinya seraya melayangkan kecupan ke bibirku yang segera kubalas.
Rendy lalu duduk bersimpuh di atas ranjang itu dan memangku kepalaku diatas pahanya. Rendy kembali menjamah payudaraku, namun kali ini ia mengulurkan tangannya menyusupi bagian dada gaunku. Jari-jarinya menjalar pelan diatas payudaraku sambil mencari puting payudaraku. Aku merasa agak sesak karena aku masih memakai BH, namun itu tidak menghalangi jari-jari nakal Rendy untuk mempermainkan dadaku.
aEsAw!aEt aku merasakan puting payudaraku disentuh oleh jari Rendy. Rendy segera memencet putingku sehingga aku merasa seperti tersetrum oleh listrik di sekujur dadaku.
aEsAhh…aEt desahku pelan saat Rendy kembali meremas payudaraku.
Payudaraku digerakkan berputar pelan oleh jari Rendy sambil sesekali memencet putingku. Aku semakin terhanyut saat Rendy menyentil-nyentil puting payudaraku dengan kukunya yang agak panjang ataupun saat memencet puting susuku dengan kuku jempol dan jari telunjuknya. Saraf-saraf tubuhku kini semakin sensitif karena aku semakin terangsang dengan pijatan di payudaraku. Kakiku mulai menggeliat-geliat pelan dan aku bisa merasakan cairan cintaku kembali meluber dari vaginaku. Rendy yang melihat pergerakan-pergerakan terangsang tubuhku, mengentikan aksinya. Kini ia kembali bergerak kearah selangkanganku. Ia lalu duduk dihadapan tubuhku yang masih terbaring
aEsNah, Erina. Ayo buka pahamu. Yang lebar ya!aEt aku merentangkan kakiku selebar mungkin dihadapan Rendy. Ia tersenyum melihat aku yang tidak menolak perintahnya lagi. Rendy lalu mengamati selangkanganku. Bagaimana kewanitaanku yang masih basah oleh cairan cintaku dan lubang pantatku yang terbuka sedikit setelah diperawani spidol, terhidang di hadapannya. Rendy mencolek vaginaku dan mencicipi cairan cintaku yang ada di jarinya. Rendy kembali membenamkan jarinya dengan pelan di celah vaginaku, jarinya bergerak lembut seolah mencari sesuatu.
aEsAww…aEt desahku pelan saat jari telunjuk Rendy menyentuh klitorisku. Rendy yang akhirnya menemukan apa yang dicarinya dalam liang vaginaku tampak kegirangan. Jarinya segera menyentil-nyentil klitorisku. Akibatnya, bisa ditebak, aku kembali melayang kelangit ketujuh. Aku merintih-rintih keenakan dihadapan muridku yang kini sedang memainkan gairah seksualku.
aEsAahh… ohh… aww…aEt desahanku semakin keras dan akhirnya tubuhku kembali serasa akan meledak. Punggungku melengkung bagai busur dan kakiku kembali menegang, siap untuk menyambut orgasmeku untuk yang kedua kalinya. Namun, Rendy yang tahu bahwa aku akan orgasme segera mencabut jarinya keluar dari liang vaginaku; otomatis, kenikmatan yang sebentar lagi akan kucapai lenyap seketika.
aEsRendyy… jahaat… ayo lagiii…aEt pintaku memohon pada Rendy.
aEsApanya yang lagi, Erina?aEt tanyanya seolah tidak mengerti.
aEsAyoo… mainin vagina Erinaa… Erina sukaa…aEt jawabku seperti seorang pelacur rendahan.
aEsSuka apa?aEt
aEsErina suka kalau vagina Erina dimainin Rendy… ayo doong… Erina mau orgasme lagii… enaak…aEt kembali aku mempermalukan diriku sendiri. Aku sudah tidak bisa berpikir lagi karena tubuhku sudah sepenuhnya dikuasai dorongan seksualku yang sudah di ambang batas.
aEsPanggil aku aEsSayangaEt! Kan kamu sudah jadi pengantinku!aEt perintah Rendy
aEsIyaa… Rendy sayaang… ayoo…aEt entah bagaimana aku terjebak dalam permainan psikologis Rendy. Aku sekarang bertingkah seolah-olah dia adalah suamiku yang sah. Aku agak terkesan karena walaupun masih begitu muda, Rendy sudah tahu bagaimana menjalankan trik psikologis untuk mempengaruhiku agar menuruti permintaannya, mungkin ini juga pengaruh dari video pornonya. Namun kuakui, permainan psikologis ini semakin membangkitkan gairahku dan aku amat menikmatinya! Sekarang hubungan kami bukan lagi seperti seorang murid dan guru, namun lebih seperti sepasang pengantin baru.
aEsNah, Erina. Boleh tidak kalau Rendy memasukkan aE~adik kecilaE? ke memek Erina?aEt
aEsBoleh sayang… Erina kan pengantinnya Rendy…aEt selorohku. Aku sekarang sudah rela memberikan keperawananku untuk Rendy. Lagipula mulut dan pantatku kini sudah tidak perawan lagi, jadi tidak ada salahnya kalau aku sekalian merelakan kesucianku kepada Rendy. Aku pun menarik rok gaunku hingga ke perutku sehingga kewanitaanku terpampang jelas sekali dihadapan Rendy.
aEsAyo sayang. Erina mau orgasme lagi…aEt aku memohon pada Rendy. Rendy segera merespon dengan duduk dihadapan selangkanganku dan mengatur posisi tubuh kami sehingga penisnya sekarang berada di bibir kewanitaanku. Aku bisa merasakan penisnya yang kembali membesar seperti saat aku mengoralnya barusan menyentuh celah vaginaku. Aku menghela nafas, menyiapkan diriku untuk menerima kenyataan bahwa keperawananku akan direnggut sesaat lagi. Aku berusaha mengatur nafasku yang memburu untuk mengusir rasa takut dan cemas akibat degup jantungku yang amat kencang.
aEsBagaimana, Erina? Sudah siap?aEt aku mengangguk pelan menjawab pertanyaan Rendy akan kesiapanku.
aEsRendy… yang pelan ya? Jangan kasar…aEt pintaku kembali.
Aku tidak ingin Rendy memperawaniku seperti sebuah pemerkosaan, yang kuinginkan hanya agar aku bisa diperlakukan lebih lembut. Maklumlah, ini juga merupakan pengalaman pertamaku yang pasti akan berkesan seumur hidupku. Untunglah, Rendy tampaknya mengerti akan perasaanku. Ia mengangguk dan sorot matanya seolah menenangkanku. Rendy mulai mendorong pinggangnya ke depan. Sesaat penisnya berhasil membelah bibir vaginaku, namun mungkin karena vaginaku licin akibat cairan cintaku, penis Rendy malah meleset keluar dari celah vaginaku. Mengakibatkan timbulnya suara tertahan dari mulutku. Rendy kembali berusaha, namun tampaknya agak susah baginya untuk memasukkan penisnya kedalam vaginaku karena diameter penisnya juga cukup lebar (walaupun masih kalah dengan penis yang kulihat di film porno barusan), apalagi aku juga masih perawan sehingga liang vaginaku masih sempit. Setelah beberapa kali berusaha, Rendy tampak kesal karena belum berhasil memperawaniku. Akhirnya ia meraih batang penisnya dan mengarahkannya tepat dihadapan celah bibir kewanitaanku. Tangannya masih kuat mencengkeram penisnya saat ia sekali lagi menggerakkan pantatnya ke depan dan…
aEsAAGH!!!aEt aku membelalak dan menjerit keras saat merasakan rasa ngilu dan perih yang amat hebat melanda vaginaku. Akhirnya selaput daraku robek dan keperawananku sekarang lenyap sudah terenggut oleh Rendy. Aku bisa merasakan penis Rendy yang kini terjepit di vaginaku dan ujung penisnya didalam lubang pipisku. Rendy kembali memajukan pinggulnya dengan pelan, mengakibatkan rasa sakit itu semakin mendera vaginaku. Bahkan rasanya jauh lebih sakit daripada saat pantatku diperawani oleh spidol barusan.
aEsRendy, Rendy!! Sakit! Sebentar!! Aduuh!!aEt aku kembali meminta dengan panik pada Rendy. Air mataku meleleh akibat rasa perih itu.
aEsSebentar, Erina. Tenang ya, sebentar lagi…aEt jawab Rendy sambil mendorong pinggangnya dengan pelan.
Penisnya semakin dalam memasuki vaginaku diiringi dengan jeritan piluku yang tersiksa oleh rasa sakit itu. Kepalaku terbanting kekiri-kanan menahan rasa sakit, seolah menolak penetrasi Rendy kedalam lubang vaginaku.
aEsOhh…aEt Rendy melenguh dan menghentikan dorongannya. Aku bisa merasakan sepasang buah zakarnya bergelantungan di bongkahan pantatku dan paha kami yang sekarang saling bersentuhan.
aEsHhh…aEt aku mengambil nafas sejenak merasakan rasa sesak di vaginaku akibat besarnya penis Rendy didalam lubang pipisku. Aku akhirnya sadar kalau sekarang ini seluruh penis Rendy sudah terbenam sepenuhnya didalam kewanitaanku. Rambut-rambut kemaluannya yang baru tumbuh juga menggelitik selangkanganku. Untuk beberapa saat, kami terdiam dalam posisi itu. Rendy memberiku waktu untuk menyesuaikan diri dengan keadaanku.
aEsErina…aEt panggil Rendy pelan.
aEsYa?aEt
aEsHangat sekali rasanya didalam. Kamu lembut sekali, Erina…aEt pujinya. Aku tidak bisa merespon jelas karena rasa perih yang menyiksa ini, namun bisa kulihat kalau Rendy tampak mencemaskan keadaanku.
aEsSakit ya?aEt tanyanya penuh perhatian
aEsI, iya, sakit sekali…aEt jawabku pelan.
aEsSekarang kita sudah bersatu lho, Erina. Aku dan kamu sekarang jadi satu…aEt Aku mengangguk membenarkan pernyataan Rendy. Memang, sekarang tubuh kami sudah bersatu karena kemaluan kami masing-masing telah menyatukan tubuh kami.
aEsRendy… sakiit…aEt protesku pada Rendy. Rendy terdiam, ia hanya mengusap air mataku.
aEsSabar ya, Erina? Sebentar lagi pasti enak kok!aEt
Rendy lalu menarik penisnya sedikit vaginaku dan dengan pelan dilesakkannya kembali kedalam liang vaginaku. Rasa pedih kembali menyengat vaginaku, namun Rendy selalu berusaha menenangkanku. Aku merasa tampaknya Rendy juga tahu bagaimana sakitnya saat seorang gadis diperawani untuk pertama kalinya karena ia selalu berusaha memompa penisnya selembut mungkin untuk mengurangi rasa sakitku.
Lama kelamaan, muncul rasa nikmat dari vaginaku akibat gerakan penis Rendy. Walaupun masih bercampur dengan rasa perih, aku bisa merasakan bahwa sensasi baru ini berbeda dari saat vaginaku dioral dan dipermainkan oleh jari Rendy. Sensasi ini lebih menyentuh sekujur syarafku. Rendy kembali membelai pahaku sambil menjilatinya pelan sehingga gairah seksualku kembali bangkit perlahan. Rasa perih itu semakin hilang dan digantikan dengan sensasi baru di tubuhku. Rasa geli, sakit dan sesak yang melanda vaginaku memberikan sensasi tersendiri yang mengasyikkan. Rendy yang melihat bahwa aku sudah terbiasa akan pergerakannya mulai leluasa mengatur gerakannya. Sekarang penisnya ditarik keluar hingga hanya tersisa pangkal penisnya saja dalam vaginaku otomatis bibir vaginaku ikut tertarik keluar. Tiba-tiba, Rendy mendorong pantatnya mendadak dengan cepat sehingga penisnya kembali menghunjam liang vaginaku dengan keras.
aEsHyahh…aEt jeritku kaget, namun sekarang rasanya tidak lagi perih seperti tadi. Rendy mulai menggerakkan penisnya dengan tempo yang lebih cepat, membuatku akhirnya melenguh-lenguh nikmat merasakan sensasi di vaginaku.
aEsOohh…ahhh….aahh…aakhh…aEt aku mendesah-desah keenakan saat penis Rendy menghunjam vaginaku.
Sesekali Rendy berhenti menggerakkan pinggangnya saat penisnya tertanam penuh dalam vaginaku dan mulai menggoyang-goyangkan pantatnya sehingga penisnya seolah mengaduk-aduk isi liang vaginaku, membuatku semakin melayang diatas awan kenikmatan seksual. Semakin lama, kurasakan tempo goyangan penis Rendy semakin cepat keluar-masuk vaginaku dan menggesek klitorisku saat memasuki vaginaku. Tubuhku juga berguncang mengikuti irama pompaan penis Rendy seiring dengan desahan-desahan erotis dari bibirku. Malah, saat Rendy menghentikan gerakan penisnya, secara otomatis aku menurunkan pinggulku menjemput penisnya, seolah tidak rela melepaskan penisnya itu. Rendy terlihat puas melihatku yang sekarang sudah berhasil ditaklukkan olehnya. Tidak terasa sudah sekitar 10 menit sejak penis Rendy memasuki vaginaku pertama kalinya. Rendy masih dengan giat terus menggerakkan penisnya menjelajahi vaginaku. Sementara aku sendiri sudah kewalahan menerima serangan kenikmatan di vaginaku, orgasmeku sudah siap meledak kapan saja.
aEsOH! AAKHHH…!!!aEt akhirnya aku menjerit keras dan tubuhku terbanting-banting saat aku merasakan gelombang kenikmatan yang melanda seluruh simpul syarafku, mengiringi ledakan orgasmeku untuk kedua kalinya. Tanpa bisa kukontrol, kakiku menendang bahu Rendy sehingga Rendy terpelanting ke ranjang. PLOP! Otomatis terdengar suara pelepasan penisnya yang tercabut keluar dari vaginaku seiring dengan rebahnya tubuh Rendy di ranjang. Cairan cintaku yang hangat kembali terasa meluap dari celah kewanitaanku. Rendy bergerak menjauh sedikit membiarkan tubuhku bergerak liar meresapi kenikmatan orgasme yang saat ini kurasakan. Setelah merasakan ledakan orgasme itu, tubuhku kembali melemas, serasa tenagaku lenyap seluruhnya. Nafasku terasa berat dan degup jantungku juga masih saja kencang. Rendy membiarkanku beristirahat sesaat untuk mengembalikan staminaku.
aEsWaah, nggak nyangka nih! Padahal tampangnya alim, tapi rupanya Erina memang galak kalau orgasme!aEt Rendy menggodaku .
aEsGimana? Enak nggak rasanya?aEt tanyanya padaku. Aku mengangguk pelan sambil tersenyum kecil.
aEsMau lagi?aEt kembali Rendy bertanya menantangku.
aEsMau…aEt jawabku mengiyakan.
aEsNah, sekarang ikut aku kak!aEt Rendy menarik tanganku turun dari ranjang dan melepas ikatan kedua tanganku. Aku lalu digandengnya kehadapan meja rias bu Diana. Meja rias itu dilengkapi sebuah cermin besar sehingga aku bisa melihat penampilanku dengan jelas dihadapan cermin itu.
aEsErina, sekarang coba kamu menungging!aEt aku pun membungkukkan badanku dan menumpukan tubuhku pada kedua lenganku yang menekan meja rias bu Diana, sehingga aku dalam posisi menungging dihadapan cermin meja rias itu.
aEsLebarkan pahamu dan coba lebih menunduk!aEt kembali Rendy memberi perintah yang segera kuturuti, pahaku kulebarkan dan aku semakin menunggingkan tubuhku. Rendy lalu menyingkapkan rok gaunku dan menaikkan petticoatku dari belakang dan menjepitnya dengan pita gaunku, sehingga kembali pantat dan vaginaku terpampang jelas dihadapannya. Rendy lalu berdiri dibelakangku, aku bisa melihat tubuhnya yang berdiri dibelakang pantatku lewat cermin itu. Tampaknya Rendy memang ingin agar aku bisa melihat keadaan sekitarku lewat cermin itu.
aEsAuuch…aEt aku merintih pelan saat penis Rendy kembali menghunjam vaginaku dari belakang. Sekarang Rendy memegang pinggulku dan menggerakkannya maju mundur sehingga vaginaku dihentak-hentakkan oleh penisnya.
aEsAw… aakhh… aawww…aEt rintihku saat gesekan antara kemaluan kami kembali menimbulkan sensasi kenikmatan yang melanda tubuhku. Suara beturan tubuh kami juga menggema didalam kamar itu mengikuti desahan-desahan yang keluar dari bibirku.
aEsErina, coba kamu lihat cermin.aEt Perintah Rendy sambil terus memompaku. Aku menatap cermin dan aku bisa melihat ekspresi wajah cantikku yang tampak dilanda kenikmatan di tubuhku. Aku bisa melihat mataku yang sayu dan bibirku yang megap-megap berusaha mencari nafas dan melontarkan desahan-desahanku.
aEsApa yang kamu lihat di cermin itu?aEt tanyanya
aEsErina… aakh… Erina jadi… pengantin… Rendy… auuhh…aEt jawabku terbata-bata.
aEsOh ya? Apa yang sedang dilakukan Erina, pengantin Rendy itu?aEt
aEsOohh… Erina… Erina sedang disetubuhi… aww… Rendy… ahh…aEt
aEsBagaimana menurutmu, penampilanmu sekarang?aEt
aEsErina… Erina jadi… aww… cantik sekali… Erina… suka… gaun Erina… juga… ahh… indah…aEt
aEsErina senang tidak jadi pengantin?aEt ujar Rendy.
Aku hanya menganggukkan kepalaku merespon pertanyaan Rendy karena mulutku sekarang sedang sibuk mendesah penuh kenikmatan. Memang dengan penampilanku sebagai pengantin saat ini, aku tampak cantik sekali. Saat aku melihat wajah cantikku itu tampak dikuasai oleh gairah seksualku, entah kenapa aku semakin terangsang. Apalagi saat aku melihat diriku yang sedang disetubuhi dari belakang oleh Rendy, dalam balutan busana pengantinku yang indah, gairah seksualku semakin meningkat drastis.
aEsOouch… ahhh…aww…aEt aku berusaha menggapai orgasmeku, namun Rendy malah berusaha bertahan agar aku tidak mencapai orgasmeku dengan cepat. Sesekali gerakannya dipercepat, namun saat merasakan aku akan mencapai orgasmeku, ia segera menghentikan serangan penisnya di vaginaku. Akibatnya siksaan orgasmeku semakin mendera tubuhku.
aEsRendyy… kamu jahaat… auuch… kakak mau orgasmee…hyaah…aEt aku memprotes perlakuan Rendy padaku.
aEsIyaa… soalnya Erina kan sudah orgasme dua kali! Rendy juga mau! aEt balasnya. Memang benar, dari tadi Rendy terus memberi pelayanan yang membuatku mencapai orgasme dua kali, namun dia sendiri hanya sekali berejakulasi dalam mulutku.
Tiba-tiba, Rendy menghentikan gerakannya, sehingga aku mendesah tertahan sejenak. Aku cemas karena tampaknya Rendy tidak berminat lagi meneruskan pompaannya.
aEsSekarang, giliran Erina yang gerak, ya?aEt pinta Rendy yang segera kurespon dengan senang hati. Goyangan maju-mundur pantatku pun menjemput dan mempermainkan penisnya dalam vaginaku. Aku merasa lega karena setidaknya vaginaku masih bisa merasakan kenikmatan dari persetubuhanku dengan Rendy.
aEsErina, ayo lihat cerminnya lebih dekat!aEt kembali aku menuruti perintah Rendy. Wajahku kudekatkan pada cermin itu sehingga cermin itu mengembun akibat hembusan nafasku. Aku bisa melihat pantatku yang kini bergerak maju-mundur dan ekspresi nikmat di wajah Rendy.
aEsErina suka lihat cerminnya?aEt
aEsIyaa… wajah Erina cantiik… eeghh… dan nakaal…aEt
aEsJadi, Erina cewek yang nakal yaa?aEt tanyanya sedikit menggodaku sambil menghentakkan penisnya secara tiba-tiba di vaginaku.
aEsAww… iyaa… Erina memang nakaal…aEt celotehku tanpa pikir panjang.
aEsBagaimana, rasanya enak tidak dientot, Erina?aEt
aEsMmm… aah…enaak… nikmaaat… Erina sukaa…aEt
aEsKalau begitu, boleh kan kalau Rendy mengentoti Erina lagi?aEt selorohnya.
aEsBoleeh… Erina… auuh… boleh dientot Rendy… kapaan saja… Erina kan… sudah jadi… pengantin Rendy… oh…aEt jawabku yang sekarang sudah sepenuhnya takluk oleh Rendy.
aEsKalau begitu, Erina tidak boleh selingkuh dengan orang lain ya?aEt
aEsIyaa… ooh… Rendy sayaang… Erina cuma mau dientot Rendy sajaa… nggak mau sama cowok laiin…aEt secara otomatis aku menyatakan kesetiaanku pada Rendy.
Rendy terus mempermainkan mentalku sambil mempermalukanku. Anehnya, dipermalukan sedemikian rupa, malah semakin merangsangku dan aku semakin mempercepat gerakan pantatku walaupun sendi-sendi paha dan pinggangku terasa ngilu akibat kelelahan. Akhirnya Rendy mencengkeram pinggulku dan menghentikan pergerakanku.
aEsRendyy… kenapaa?aEt tanyaku penuh kekecewaan.
aEsSekarang giliranku ya, Erina?aEt aku hanya mengangguk pelan mengiyakan permintaan Rendy. Ada untungnya juga bagiku karena tubuhku sudah amat lelah dan aku juga merasa aku tidak bisa melanjutkan gerakanku lebih lama lagi.
Rendy kembali menggerakkan pinggulku maju-mundur dengan cepat sehingga aku semakin kewalahan. Dengan nakalnya, Rendy melesakkan jari telunjuknya kedalam lubang pantatku. Tidak seperti tadi, anusku yang sekarang sudah amat becek akibat lelehan cairan cintaku yang sekarang juga meluber ke anusku. Lubang pantatku dengan mudahnya menelan jari telunjuk Rendy sehingga kembali rasa perih yang sedikit nikmat melanda anusku. Jari telunjuk itu lalu digerakkan seirama dengan gerakan penisnya di vaginaku sehingga aku semakin tenggelam dalam kenikmatanku. Desahan-desahanku semakin keras karena sensasi di selangkanganku saat ini dimana penis Rendy masih terbenam dalam vaginaku, sementara jari telunjuknya berputar-putar menjelajahi isi pantatku apalagi saat jarinya mempermainkan saraf di sekitar lubang pantatku. Saat aku mengejan, Rendy malah semakin memasukkan jarinya lebih dalam kedalam pantatku sehingga sensasi rasa geli dan sakit di anusku kian menjadi. Aku semakin kewalahan dengan rasa nikmat yang datang menguasai tubuhku apalagi aku bisa merasakan otot-otot tubuhku yang menegang lebih keras dari sebelumnya, aku mengepalkan tanganku dengan keras menahan desakan dari dalam tubuhku. Namun sekuat-kuatnya aku berusaha menahan diri, akhirnya pertahananku runtuh juga.
aEsAhhk… aah… AKHHH!!!aEt dengan diiringi teriakanku, orgasmeku kembali meledak. Aku merasakan vaginaku berdenyut keras seolah menyempit dan penis Rendy semakin terjepit erat di dinding kewanitaanku. Tubuhku langsung dialiri oleh ledakan rasa nikmat dan kelegaan yang luar biasa.
aEsOOKH… Erinaa…aEt Merasakan sensasi jepitan vaginaku saat orgasme, Rendy akhirnya tidak bisa menahan dirinya. Sekali lagi dihentakkannya penisnya sekeras mungkin kedalam vaginaku dan saat itu pula aku merasakan cairan hangat menyembur dari penis Rendy memenuhi rahimku.
Rendy pun mencabut jarinya dari lubang pantatku sebelum menarik penisnya keluar dari vaginaku setelah spermanya telah tertuang sepenuhnya kedalam rahimku. Aku tidak tahan lagi melawan rasa lelah tubuhku. Setelah mencapai orgasmeku itu tubuhku serasa kehilangan seluruh tenagaku. Aku pun jatuh lunglai tanpa tenaga di lantai kamar bu Diana. Rendy menghampiriku yang masih tergeletak lelah dan mencium bibirku sekali lagi dengan lembut sambil melumat bibirku. Aku menggerakkan bibirku membalas kecupan Rendy dengan pelan sebelum rasa lelah mengalahkanku sehingga aku pun tertidur kelelahan. Aku terbangun saat kurasakan sentuhan lembut di pipiku. Saat aku membuka mataku, aku melihat Rendy sedang duduk disampingku yang kini terbaring di ranjang bu Diana. Aku masih berbusana pengantin lengkap seperti sebelumnya. Melihatku yang terbangun, Rendy segera membelai kepalaku dengan penuh kasih sayang. Aku merasa terkesan dengan perhatiannya, belaiannya terasa lembut melindungiku seolah menjawab perasaanku sebagai seorang wanita yang ingin dilindungi dan diperhatikan oleh seorang kekasih. Akhirnya kusadari kalau aku telah jatuh cinta pada Rendy.
Walaupun bisa disebut sebagai cinta terlarang antara guru dan murid, namun bagiku hal itu sekarang bukan lagi hambatan bagiku. Aku hanya ingin agar bisa bersama dengan Rendy selama mungkin. Lagipula, dialah yang telah membuatku menjadi pengantinnya dan merenggut keperawananku yang tadinya kujaga dengan baik demi calon suamiku dimasa depan. Jadi, wajar saja kalau dia berhak menerima cintaku.
aEsErina, kamu akhirnya bangun juga…aEt panggil Rendy pelan.
aEsYa, sayang…aEt jawabku manja sambil melihat wajahnya.
aEsKamu suka tidak sama Rendy?aEt tanyanya dengan mimik cemas.
aEsErina cinta Rendy kok! Erina mau jadi pengantin Rendy selamanya!aEt jawabku mantap.
aEsBenar?aEt tanyanya dengan ragu.
aEsIyaa… kan Erina sudah jadi pengantin Rendy? Niih lihaat!aEt jawabku nakal sambil memamerkan gaun pengantinku. Rendy tersenyum melihat tingkahku itu dan ia segera mencium bibirku. Sekali lagi kami berciuman diatas ranjang itu dan kali ini, tidak ada paksaan atas diriku untuk memadu kasih dengan Rendy. Perasaanku terhadap Rendy telah berubah seluruhnya menjadi perasaan cinta sepenuh hatiku. Sekarang aku adalah seorang pengantin wanita bagi seorang lelaki yang telah berhasil menaklukkan hatiku dengan kehebatannya bercinta denganku. Rendy juga tampak bahagia karena berhasil menjadikanku sebagai kekasih hidupnya. Ya, sekarang aku telah menjadi pengantin muridku, Rendy!

TAMAT

PENGANTIN MURIDKU 2

aEsLalu kenapa?aEt
aEsKebetulan minggu depan ada ulangan yang penting, jadi aku boleh tinggal di rumah ini sampai mami pulang. Selama itu, aku mau kakak untuk tinggal bersamaku di rumah, sambil mengajariku! Bagaimana? Kita bisa bersenang-senang sampai puas kan, Kak?aEt
aEsMemangnya sampai kapan bu Diana ada di luar negeri?aEt tanyaku kembali.
aEsYaah, karena Mami juga mau ketemu Papi di Jerman, makanya Mami tinggal di sana selama 2 minggu.aEt
aEsTapi apa bu Diana akan mengizinkan kakak untuk tinggal disini?aEt
aEsTenang saja, kak! Biar nanti Rendy yang bicara dengan Mami.aEt Ujarnya meyakinkanku.
Aku menghela nafas sejenak sambil berpikir menimbang-nimbang permintaan Rendy. Sebenarnya aku tidak begitu rugi apabila aku menginap di rumah bu Diana. Aku bisa menghemat uang kosku selama setengah bulan kalau aku menginap di rumah bu Diana. Lagipula aku akan lebih bisa mengawasi Rendy untuk belajar menghadapi ujian semesternya yang kian mendekat, dengan begitu, aku bisa mendapat kesempatan untuk mengamankan pekerjaanku. Sebenarnya yang perlu kulakukan hanyalah memastikan kalau Rendy tidak aEsmengerjaikuaEt lebih parah dari kemarin.
aEsBaiklah, kakak setuju. Tapi kamu juga harus berjanji, kamu harus belajar yang rajin selama kakak tinggal di rumahmu.aEt Anggukku sambil memberinya penawaran.
aEsBerees, kak! Asal kakak mau menurutiku selama itu, aku pasti belajar!aEt jawabnya dengan bersemangat.
aEsIya, iya…aEt balasku dengan perasaan agak lega.
Kami lalu segera beranjak ke kamar Rendy dan aku pun mulai mengajarinya. Tapi hari ini ada yang berbeda dari Rendy. Ia tampak lebih serius dan bersemangat dalam menyimak penjelasanku. Kurasa dia sudah cukup senang saat mendengar aku akan menginap di rumahnya 2 hari lagi. Tak lama kemudian, kudengar suara bu Diana di lantai bawah.
aEsNah, Mami sudah pulang! Kakak tunggu sebentar ya! Aku mau bicara dulu dengan Mami!aEt
Rendy segera beranjak dari kursinya dan keluar dari kamarnya tanpa menghiraukanku. Sayup-sayup kudengar suara percakapan Rendy dengan bu Diana, namun aku tidak dapat mendengar dengan jelas apa yang mereka katakan. Sambil menunggu Rendy, aku mempersiapkan soal-soal latihan yang akan kuberikan untuknya nanti. Sekitar 5 menit kemudian, Rendy kembali ke kamarnya bersama bu Diana.
aEsHalo, Erina. Rendy meminta saya untuk mengizinkanmu tinggal di rumah ini selama saya tidak di rumah.aEt
aEsEh? I… iya, bu Diana! Rendy memberitahu saya kalau ia ingin mendapat les tambahan dari saya selama bu Diana tidak dirumah… Katanya… untuk persiapan ujian semester…aEt ujarku dengan agak gugup.
aEsWah, kebetulan sekali kalau begitu! Soalnya tante Rendy juga akan ikut ke Jerman. Makanya tadi saya sempat mengajak Rendy untuk ikut. Tapi karena ada ulangannya yang penting, Saya jadi ragu-ragu.aEt
aEsJadi?aEt tanyaku
aEsKalau kamu mau, Saya memperbolehkan kamu tinggal disini selama saya tidak dirumah. Tapi saya juga meminta kamu untuk mengurus Rendy selama itu. Sebagai gantinya, saya akan berikan tambahan bonus untukmu di akhir bulan ini. Bagaimana?aEt Jawab bu Diana memberikan tawaran.
aEsBaik, bu Diana. Saya setuju!aEt anggukku sambil tersenyum. Sekarang aku mendapat tambahan keuntungan dengan menerima tawaran Rendy. Dengan bonus yang disediakan bu Diana dan penghematan uang kosku selama setengah bulan, aku bisa menambah uang tabunganku sekaligus membiayai sebagian keperluanku bulan depan.
aEsBaguslah! Kalau begitu, Erina, tolong kamu siapkan barang-barangmu yang akan kamu bawa untuk tinggal disini. Lusa nanti saya akan menjemputmu sebelum kamu mengajar Rendy.aEt Ujar bu Diana.
aEsIya, bu Diana!aEt aku mengiyakan permintaan bu Diana.
Setelah menyelesaikan tugasku hari itu, aku segera bergegas pulang untuk mulai mengemas barang-barangku. Untunglah aku tidak memiliki banyak barang selain pakaian dan perlengkapan-perlengkapan kecil milikku. Aku juga memberitahu pemilik rumah kosku bahwa aku akan pindah selama setengah bulan. Syukurlah mereka mau mengerti dan bersedia menyimpankan kamar bagiku apabila aku kembali.
2 hari kemudian, bu Diana dan Rendy pun datang menjemputku sebelum aku mengajar Rendy. Aku lalu diantar ke rumah mereka. Aku diizinkan untuk tidur di kamar tamu di lantai bawah. Malam harinya, aku diberitahu bu Diana tugas-tugasku di rumah itu selama bu Diana di luar negeri. Aku diminta untuk mengerjakan beberapa pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci dan membersihkan rumah. Aku sudah terbiasa memasak dan mencuci sendiri sejak kecil, maka tugas ini tidak lagi sesulit yang kubayangkan. Lagipula untuk keperluan sehari-hari, bu Diana sudah menyuruh anak buahnya untuk mengantar bahan makanan dan supir studio untuk mengantar-jemput kami. Apabila ada hal lainnya yang diperlukan, aku hanya perlu menelepon studio untuk meminta bantuan mereka. Esok harinya, bu Diana sudah berangkat saat aku pulang dari kuliah. Sehingga hanya ada aku dan Rendy sendiri di rumah. Aku segera menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku. Seusai mandi, aku benar-benar terkejut saat melihat semua pakaian milikku menghilang. Hanya ada satu pelaku yang dapat melakukan hal ini! Aku lalu menutupi tubuhku dengan selembar handuk yang untungnya, tidak sempat diambil oleh aEspencuriaEt itu. Aku segera naik ke lantai atas untuk mengambil kembali pakaian milikku.
aEsRendy! Reendyy!! Buka pintunya!aEt Seruku sambil menggedor kamar Rendy. Pintu kamar itu sedikit dibuka dan wajah Rendy muncul dari sela-sela pintu kamar itu.
aEsYa, ada apa kak?!aEt tanyanya padaku. Namun matanya segera melirik tubuhku yang hanya berbalutkan sebuah handuk dan ia tersenyum cengengesan melihat keadaanku.
aEsWah, waah… Kakak sudah tidak sabaran ya?aEt tanyanya sambil tertawa kecil.
aEsHuuh! Dasar usiil!! Ayo, kembalikan baju kakak!!aEt gerutuku.
aEsLhooo… memangnya baju kakak kuambil? Apa ada buktinya?aEt
aEsKalau bukan kamu siapa lagii? Sudah, ayo cepat kembalikan baju kakak!aEt
aEsKak, kalau menuduh orang tanpa bukti itu tidak baik lho! Hukumannya, aku tidak mau memberitahu dimana kusembunyikan baju kakak, Hehehe…aEt Rendy tersenyum mengejekku dan menutup dan mengunci pintu kamarnya dihadapanku.
aEsAah! Hei, Rendy! Tunggu duluu…aEt protesku, tapi Rendy sudah keburu menutup pintu kamarnya sambil mengejekku dibalik pintu.
Aku pun terpaksa menggigil kedinginan, suhu di rumah itu dingin sekali karena dipasangi AC, ditambah lagi aku baru saja mandi dan sekarang tubuhku hanya ditutupi oleh selembar handuk saja. Selama beberapa menit aku terus menggedor pintu kamar Rendy dan berusaha membujuknya, namun ia sama sekali tidak menggubrisku.
aEsHATSYII…!!!aEt Karena tidak biasa, aku pun bersin akibat pilek karena suhu dingin itu.
aEsKak! Kakak pilek, ya?aEt tiba-tiba terdengar suara Rendy dari balik pintu.
aEsI… iya… Rendy, tolong…. kembalikan pakaian kakak… disini dingin sekali… kakak tidak tahan…aEt
aEsOke deh, tapi kakak harus mau memakai pakaian yang kuberikan ya!aEt
aEsIya… iya… cepat doong…. Kakak kedinginan disini…aEt pintaku pada Rendy
Rendy kembali keluar dari kamarnya. Ia melihat sekujur tubuhku yang menggigil kedinginan. Anehnya, raut wajahnya tampak berubah, ia tidak lagi tampak senang ataupun puas mengerjaiku. Kini ia tampak agak gelisah.
aEsHaa… HATSYII!!!aEt kembali aku bersin dihadapannya. Kulihat raut wajahnya semakin cemas saja melihat keadaanku.
aEsAyo Kak, ikut denganku!aEt pinta Rendy padaku yang segera kuturuti saja.
Rendy menuntunku ke ruang disebelah kamarnya. Pintu ruang itu dikunci, namun Rendy segera membuka pintu itu dengan sebuah kunci di tangannya. Begitu aku masuk, aku takjub melihat puluhan helai gaun pengantin putih dalam berbagai ukuran dan model yang tergantung rapi di kamar itu. Berbagai aksesoris pengantin wanita juga tertata rapi bersama gaun-gaun itu. Rupanya kamar itu adalah kamar desain bu Diana sekaligus tempatnya menyimpan hasil rancangannya yang belum dikirim ke studio.
aEsKak, aku minta kakak memakai baju itu.aEt ujar Rendy seraya menunjuk ke arah sehelai gaun pengantin putih yang dipasang di sebuah mannequin.
aEsApaa?! Kenapa kakak harus memakai baju seperti itu? Memangnya kakak mau menikah, apa?!aEt jawabku setengah tak percaya, setengah kebingungan.
aEsYa, sudah! Kalau kakak tidak mau, kakak boleh memakai handuk itu saja kok!aEt balas Rendy.
aEsIyaa! Dasar!! Kamu mintanya yang aneh-aneh saja!!aEt ujarku agak kesal. Terpaksa kuturuti permintaan Rendy, daripada pilekku semakin parah.
aEsOh iya Kak!aEt
aEsApa lagii?aEt
aEsPakaiannya yang lengkap ya, Kak! Soalnya baju itu sudah 1 set dengan aksesorisnya!aEt pinta Rendy.
aEsJangan lupa juga untuk merias diri dengan kosmetik Mami ya Kak! Sudah kusiapkan lhoo…aEt imbuhnya.
Aku menghela nafas dan menutup pintu kamar itu. Memang kulihat gaun itu dilengkapi dengan mahkota, sarung tangan, bahkan stocking dan sepatu yang semuanya berwarna putih susu. Luar biasa! Sejenak aku kagum dengan kepandaian bu Diana dalam merancang gaun itu, komposisi yang disusunnya benar-benar serasi. Aku lalu menuruti perintah Rendy untuk memakai semua pakaian itu dengan lengkap. Berat bagiku memang, karena aku belum pernah memakai gaun pengantin sebelumnya. Setelahnya, aku pun merias diriku dengan kosmetik milik bu Diana. Kulihat semua kosmetik itu buatan luar negeri. Aku sendiri agak canggung untuk memakai kosmetik-kosmetik itu, mengingat harganya yang selangit bagi mahasiswi sepertiku. Tapi setidaknya, aku mendapat sebuah kesempatan untuk mencoba kosmetik-kosmetik itu, maka aku berusaha untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Setelah beberapa lama, aku akhirnya selesai mempengantinkan diriku. Kubuka pintu kamar itu dan seperti yang sudah kuduga, Rendy sedari tadi sudah menungguku di depan pintu. Ia tampak amat terpana melihatku yang berbusana pengantin itu. Busana pengantinku berupa sebuah gaun pengantin putih yang indah sekali. Atasan gaun memiliki sepasang puff bahu yang terikat dengan sepasang sarung tangan satin dengan panjang selengan di kedua tanganku yang kini menutupi jari-jariku yang lentik. Di bagian perut dan dada gaunku bertaburan kristal-kristal imitasi yang samar-samar membentuk sebuah pola hati. Bagian pinggang gaun itu memiliki hiasan kembang-kembang sutra yang melingkari bagian pinggang gaun itu seperti sebuah ikat pinggang yang seolah menghubungkan atasan gaunku dengan rok gaun polos yang dihiasi manik-manik membentuk hiasan bunga-bunga yang bertebaran disekeliling rok gaunku. Pinggulku dipasangi pita putih besar. Aku juga memakaikan rok petticoat di pinggangku agar rok gaunku tampak mengembang. Rendy sendiri tampak kagum melihat cantiknya wajahku yang sudah kurias sendiri; kelopak mataku kurias dengan eye-shadow berwarna pink dan alsiku yang kurapikan dengan eye-pencil. Sementara lipstick yang berwarna pink lembut kupilih untuk melapisi bibirku yang tampak serasi dengan riasan bedak make-upku.
Riasan mahkota bunga putih tampak serasi dengan rambut hitam-sebahuku yang kubiarkan tergerai bebas. Aku telah memasang stocking sutra berwarna putih yang lembut di kakiku yang dilengkapi dengan sepasang sepatu hak tinggi berwarna putih yang tampak serasi seperti gaun pengantinku. Tubuhku juga kuberi parfum melati milik bu Diana sehingga sekujur tubuhku memancarkan aroma melati yang amat wangi.
aEsNah, bagaimana?aEt ujarku pada Rendy yang masih melongo melihat penampilanku.
aEsHei! Kok malah bengong sih?!aEt seruku, yang segera menyadarkan Rendy dari lamunannya.
aEsE… eh… ccantik sekali Kak!aEt jawab Rendy tergagap-gagap, aku tertawa kecil melihat tingkahnya yang kebingungan.
aEsKak, ini… buat kakak…aEt Rendy mengulurkan setangkai mawar merah kepadaku. Mawar merah yang indah itu tampak segar berkilauan.
aEsWaah, terima kasih ya!!aEt otomatis aku mencium bunga itu untuk menghirup aromanya. Sejenak aroma yang menyengat memasuki hidungku aku pun langsung merasa pandanganku tiba-tiba kabur dan tubuhku terasa lemas.
Aku pun ambruk tidak sadarkan diri. Sayup-sayup kulihat senyuman Rendy, aku berusaha untuk tetap sadarkan diri, namun mataku terasa berat sekali dan akhirnya aku menutup kelopak mataku. Entah apa yang terjadi pada tubuhku, namun saat aku sadar, aku melihat diriku sudah terbaring mengangkang di sebuah ranjang canopy dalam keadaan berbusana pengantin lengkap. Kedua tanganku terikat di belakang punggungku sementara kakiku terikat erat di sisi kanan-kiri tiang ranjang itu sehingga posisi tubuhku mengangkang lebar. Aku merasa amat geli di daerah kewanitaanku, seperti ada sebuah daging lunak hangat yang menyapu-nyapu daerah kewanitaanku, terkadang daging itu menusuk-nusuk seolah hendak membuka bibir kewanitaanku melewati celah vaginaku. Aku juga merasa daerah disekitar vaginaku amat becek akibat gerakan daging itu.
aEsAahh… oohhh…aEt Aku pun mendesah pelan menikmati sensasi di kewanitaanku itu. Rasanya vaginaku seolah diceboki, namun gerakan daging itu yang seolah berputar-putar mempermainkan vaginaku menimbulkan sensasi nikmat disekujur tubuhku. Aku merasa tubuhku diairi listrik tegangan rendah saat daging itu membelah bibir kewanitaanku dan menyentuh lubang pipisku.
aEsEh! Kakak sudah bangun rupanya!!aEt tiba-tiba kudengar suara Rendy dibalik gaunku. Aku berusaha mendongak dan kulihat wajah Rendy sedang berada tepat di depan selangkanganku yang terbuka lebar. Sadarlah aku kalau aEsdagingaEt tadi tak lain adalah lidah Rendy yang sedang menjilati vaginaku. Aku berusaha berontak, namun untuk menutup kedua pahaku yang sedang terbuka lebar saja amat sulit. Tubuhku terasa amat lemas tanpa tenaga. Saat aku melihat sekitarku, aku baru sadar kalau aku kini berada di dalam kamar bu Diana.
aEsBadan kakak masih belum bisa digerakkan, soalnya pengaruh obat tidur Mami masih tersisa.aEt Jelas Rendy sambil berjalan ke sampingku.
Sekejap aku merasa amat panik dan berusaha mengerahkan seluruh tenagaku untuk kabur, tapi sia-sia saja. Tubuhku tidak mau bergerak sedikitpun. Astaga! Bagaimana aku bisa sebodoh itu mencium aroma bunga yang ditaburi obat bius?! Niatku untuk menjaga jarak dari Rendy kini sia-sia saja. Sekarang malah kesucianku terpampang jelas di hadapannya, aku dalam keadaan terjepit dan tidak bisa kabur lagi.
aEsKakak tenang saja, dijamin enak kok! Hehehe…aEt tawa Rendy terkekeh-kekeh.
aEsJangan, Rendy… Jangan… kakak mohon!!aEt pintaku berderai air mata saat melihat Rendy berbalik berjalan menuju arah selangkanganku.
Namun sia-sia saja, Rendy sama sekali tidak mau mendengar permohonanku. Aku pun semakin panik dan cemas. Air mataku kembali meleleh membasahi mataku, namun apa dayaku? Tubuhku kini amat sulit digerakkan karena ikatan itu ditambah rasa lemas disekujur tubuhku karena pengaruh obat bius yang tersisa. Kini aku hanya bisa pasrah membiarkan Rendy menyantap kewanitaanku. Jantungku berdegup semakin kencang dan wajahku merah merona saat Rendy semakin mendekati selangkanganku. Rendy lalu memegang kedua pahaku yang mulus. Ia mulai mengendusi paha kananku sementara paha kiriku dibelai-belai dengan tangannya.
aEsEssh…aEt aku mendesis sesaat setelah bibir Rendy mencium bibir kemaluanku. Hembusan nafas Rendy di pahaku membuat tubuhku sedikit mengigil kegelian. Saat bibir kemaluanku bertemu dengan bibir Rendy, Rendy mulai menjulurkan lidahnya. Seperti lidah ular yang menari-nari, bibir kemaluanku dijilati olehnya. Kembali bibir kewanitaanku dibelah oleh lidah Rendy, yang kembali menarikan lidahnya menceboki liang vaginaku perlahan-lahan. Aku berusaha sekuat mungkin untuk menahan gejolak birahi yang kini mulai melanda diriku, namun tetap saja suara desahan-desahanku yang tertahan sesekali terdengar keluar dari bibirku karena rasa nikmat yang menjuluri tubuhku apalagi belaian lembut Rendy di pahaku semakin terasa geli akibat stocking sutra yang kupakai.
aEsHaaa?! Aakh…!!aEt Sontak aku menjerit terkejut saat merasakan sensasi rasa geli dan nikmat yang tiba-tiba melanda tubuhku. Rupanya Rendy menjilati klitorisku. Sesekali ia menyentil klitorisku dengan lembut sehingga sekujur tubuhku seperti dialiri listrik dan bulu kudukku berdiri. Rendy menyadari bahwa aku mulai dikuasai oleh gejolak birahiku. Ia terus melancarkan serangannya ke klitorisku. Berulang kali permohonanku yang disertai dengan desahan kusampaikan ke Rendy, namun ia malah tampak kian bersemangat mengerjaiku. Kesadaranku pun semakin menghilang tergantikan dengan rasa nikmat dan hasrat seksual yang semakin merasuki tubuhku.
aEsBagaimana kak? Enak tidak?aEt tanya Rendy padaku.
aEsRendyy… stoop… auhhh… jangaan…aEt
aEsAh masaa? Bukannya kakak mendesah keenakan tuh? Yakin nih, nggak mau lagi?aEt ejeknya sambil menjauhkan wajahnya dari kemaluanku. Namun secara refleks, aku malah mengangkat pinggangku kehadapan wajah Rendy, seolah menawarkannya untuk kembali mencicipi liang vaginaku.
aEsTuh, kan?! Malu-malu mau, nih cewek!aEt kembali Rendy menghinaku. Dipeganginya kedua bongkahan pantatku dengan telapak tangannya dan dtegadahkannya tangannya, sehingga kini pinggangku ikut terangkat tepat dihadapan wajah Rendy.
aEsAww… aww… aaahh…aEt kembali aku merintih saat Rendy mengecup dan mengisap-isap daging klitorisku. Sesekali aku merasa sentuhan giginya pada klitorisku dan hisapannya membuatku kini hanya berusaha untuk mengejar kenikmatan seksualku semata.
SLURP… SLURP… Sesekali terdengar suara Rendy yang menyeruput cairan cintaku yang sudah banyak keluar dari vaginaku, seolah hendak melepas dahaganya dengan cairan cintaku.
aEsAAHH… AAHHH… AAA…aEt Desahanku semakin keras. Aku merasa ada sebuah tekanan luar biasa di vaginaku yang sebentar lagi hendak meledak dari dalam tubuhku. Otot-otot tubuhku secara otomatis mulai menegang sendirinya.
aEsHYAA… AAAKH!!!aEt jeritku bersamaan dengan meledaknya tekanan dalam tubuhku. Tanpa bisa kutahan, pinggangku menggelepar liar, bahkan Rendy terlontar mundur akibat dorongan tubuhku. Aku bisa merasakan vaginaku memuncratkan cairan cintaku dalam jumlah yang banyak. Seluruh simpul sarafku terasa tegang dan kaku saat sensasi geli dan nikmat yang luar biasa itu menjalari tubuhku, dan akhirnya muncul perasaan lega yang nyaman setelahnya. Aku pun terkapar kelelahan, nafasku tersengal-sengal. Tenaga di tubuhku seolah lenyap seketika. Aku sadar, baru saja aku mengalami orgasme yang luar biasa!
aEsWah, waah… Rupanya galak juga nih, kalau orgasme!aEt ejek Rendy yang kini terduduk di hadapan selagkanganku.
Ia mendekati vaginaku dan kembali ia menyeruput cairan cintaku yang masih tersaji di vaginaku setelah ledakan orgasmeku barusan. Aku pun hanya mendesah kecil tanpa memberontak. Kepalaku serasa kosong dan aku membiarkan Rendy menikmati cairan cintaku sesuka hatinya. Setelah puas meminum cairan cintaku, Rendy berdiri di hadapanku dan melepas pakaiannya sehingga ia telanjang bulat dihadapanku. Bisa kulihat penisnya yang panjangnya sekitar 14 cm sudah menegang keras melihat keadaanku yang mengangkang lebar, memamerkan kewanitaanku di depannya. Rendy berjalan melewati tubuhku hingga akhirnya ia tiba didepan kepalaku. Rendy lalu berlutut di hadapan wajahku sambil mengocok penisnya.
aEsKak, tadi rasa memek kakak enak sekali loh! Nah sekarang giliran kakak ya, ngerasain punya Rendy?aEt seloroh Rendy. Aku yang menyadari kalau Rendy akan mengoral penisnya dengan mulutku, mulai menjerit meminta pertolongan.
aEsTOL… uumph!!aEt jeritanku terhenti karena Rendy langsung menyumpalkan penisnya didalam mulutku. Walaupun ukuran penisnya tidak begitu besar, namun batang penisnya sudah cukup memenuhi rongga mulutku yang mungil.
aEsHhmmphh… hmph…aEt suaraku teredam oleh penis Rendy.
Aku berusaha memuntahkan penis itu, namun Rendy memajukan pantatnya sehingga penisnya tetap masuk didalam mulutku hingga menyentuh kerongkonganku. Rendy menjambak poni rambutku dan mulai menggerakkan kepalaku maju mundur. Rasa sakit di ubun-ubunku karena poni rambutku dijambak sudah cukup untuk membuatku tidak berontak lebih jauh, aku mengikuti gerakan tangan Rendy yang sedang memaksaku mengulum dan mempermainkan penisnya dalam mulutku.
aEsAahh… Enaak…aEt desah Rendy saat penisnya keluar masuk dari mulutku.
aEsHmmp… mpp… phh…aEt aku berusaha mengambil nafas untuk menyesuaikan gerakan penis Rendy dalam mulutku. Kocokan mulutku masih belum berhenti, namun aku merasa agak mual karena rasa dalam mulutku saat ini. Sementara leherku juga pegal karena dipaksa naik-turun oleh Rendy.
Beberapa saat kemudian, Rendy berhenti manjambak poniku, aku pun segera merebahkan kepalaku yang pegal-pegal keatas bantal yang lembut untuk melepas penat. Namun rupanya penderitaanku belum juga berakhir. Rendy belum mau melepaskan kenikmatannya dioral olehku. Belum sempat penisnya keluar dari mulutku, sekarang ia malah menekan selangkangannya ke wajahku dan menggoyang-goyangkan pantatnya sehingga penisnya kembali masuk kedalam rongga mulutku. Aku bisa merasakan buah zakarnya yang tergantung menampar-nampar daguku berulang kali bersamaan dengan gerakan pantatnya yang maju mundur dihadapan wajahku yang kini tertekan oleh bantal, aku pun berulang kali tersedak karena penis Rendy dalam mulutku bergerak dengan amat cepat.
aEsOke, kak! Sekarang giliran kakak yang main! Ayo kulum dan mainin pakai lidah kakak!aEt perintah Rendy sambil menghentikan gerakannya. Aku sendiri sudah mati kutu, kepalaku terjepit diantara selangkangan Rendy dan bantalku, sehingga aku tidak bisa bergerak bebas.
aEsAyo, Kak! Atau mau kugerakkan sendiri dimulut kakak seperti barusan?aEt ancamnya padaku. Aku pun tidak punya pilihan lain selain menuruti perintah Rendy, setidaknya aku akan lebih leluasa bernafas apabila aku yang bergerak sendiri. Aku pun menggerakkan lidahku membelai-belai batang penisnya yang masuk hingga rongga mulutku. Sesekali lidahku juga bersentuhan dengan kepala penisnya. Sebenarnya aku agak jijik juga karena tercium bau agak pesing dari ujung penis Rendy, namun apa dayaku? Lebih baik kuturuti perintah anak ini supaya siksaanku cepat selesai. Aku pun berusaha untuk tidak begitu mempedulikan bau itu. Penis Rendy kuanggap saja seperti permen yang luar biasa tidak enak. Aku pun terus mengemut penis Rendy itu.
aEsAyo, kak! Terus! Jago juga nih, nyepongnya! Enak bangeet!aEt
aEsMmphh…aEt erangku.
aEsIsapin juga kak! Seperti ngisap permen!aEt kembali Rendy memberi perintah padaku, yang langsung saja kuturuti.
Kuhisap penisnya dengan pelan dan lembut dengan harapan anak ini bisa segera menghentikan aksinya dan aku bisa terbebas dari siksaan ini. Herannya, selama beberapa menit kuoral, Rendy masih saja tidak puas. Aku pun mulai kelelahan mempermainkan penisnya dalam mulutku, walaupun aku mulai terbiasa dengan situasiku sekarang.
Entah setan apa yang merasukiku, namun saat aku mengingat bahwa aku sedang mengoral penis anak kecil yang tak lain adalah muridku, aku merasa hasrat seksualku kembali meninggi dalam tubuhku. Aku ingin sekali mencapai orgasme sekali lagi dan aku ingin mencoba sesuatu yang lebih hebat lagi bersama Rendy. Pikiran itupun membuatku memainkan penis Rendy sebaik mungkin dalam mulutku agar Rendy mencapai kepuasannya.
aEsOokh…aEt Aku mendengar suara erangan panjang keluar dari mulut Rendy dan saat itulah, aku merasa mulutku disembur oleh cairan kental berbau amis. Aku menyadari bahwa Rendy baru saja berejakulasi dalam mulutku, dan kini mulutku dipenuhi spermanya. Rendy kembali menekankan selangkangannya ke wajahku.
aEsTelan kak! Jangan sampai bersisa!aEt
Aku pun menuruti perintah Rendy, kutelan semua sperma dalam mulutku, sekaligus kuhisap-hisap penis Rendy agar spermanya tidak bersisa. Rendy hanya mengerang keenakan saat penisnya kubersihkan dengan mulutku.
aEsWoow… enaak… lebih enak dari onanii….aEt seloroh Rendy. Namun aku tidak peduli, aku terus menghisap-hisap penisnya itu hingga aku yakin tidak ada lagi sperma yang tersisa. Setelah selesai, Rendy mengeluarkan penisnya dari dalam mulutku.
aEsWaah… Kakak jago banget lho! Enak sekali kak!aEt
aEsRendy, kamu jahaat…aEt protesku.
aEsLho kenapa? Bukannya kakak sekarang sudah jadi pengantinku?aEt balasnya.
aEsYou may kiss your briide!!aEt sorak Rendy tiba-tiba.
Tanpa basa-basi, Rendy segera mencium bibirku. Bibirku diemut-emut dengan lembut dan sesekali bibirku juga dijilati oleh lidahnya. Aku hanya membiarkannya mempermainkan bibirku sesuka hatinya. Pelan-pelan lidah Rendy membelah bibirku dan lidahnya menyusup kedalam rongga mulutku. Aku pun merespon dengan menghisap lidah Rendy dengan lembut. Sesekali juga kujulurkan lidahku, sehingga giliran Rendy yang menghisap air ludahku yang menyelimuti lidahku. Gairah seksualku sekarang benar-benar menguasai tubuhku, semakin kuingat bahwa Rendy yang saat ini sedang bercinta denganku, semakin aku tenggelam dalam hasratku. Selama beberapa menit kami terlibat dalam French kiss itu, sebelum akhirnya Rendy menghentikan ciumannya di bibirku. Aku pun tampak kecewa saat Rendy menjauhkan wajahnya.
aEsKenapa kak? Enak kan rasanya? Masih mau lagi?aEt tanyanya.
Pertanyaan Rendy itu seketika memancing gairah seksualku yang meningkat. Aku merasa ini adalah sebuah kesempatan bagiku, namun sebelum aku sempat menjawab, tiba-tiba Rendy mengambil sehelai celana dalam putih berenda yang tadi kupakai dan menjejalkannya ke mulutku hingga celana dalamku memenuhi seluruh rongga mulutku. Belum puas, Rendy juga melakban mulutku sehingga celana dalamku itu tersumpal sempurna di dalam mulutku.
aEsMmfff….aEt Protesku pada Rendy. Namun suaraku terhalang oleh celana dalam yang menyumbat mulutku.
aEsJangan dijawab dulu, Kak. Nanti ya, Rendy mau istirahat dulu!aEt
aEsOh, Kakak juga boleh istirahat kok! Nah, daripada bosan, bagaimana kalau kakak nonton saja dulu?aEt lanjut Rendy. Aku bisa mendengar suara televisi yang dinyalakan dan suara pemutar DVD yang dibuka oleh Rendy. Setelah selesai, Rendy lalu mendatangiku yang masih terbaring mengangkang di ranjang.
aEsJangan berontak ya, Kak! Kalau macam-macam, video kakak kusebarkan!aEt ancamnya. Rendy lalu melepaskan ikatan kakiku di kedua tiang ranjang itu. Aku disandarkan ke kepala ranjang dan Rendy menyandarkan sebuah bantal di punggungku dan juga sebuah bantal kecil di pantatku untuk kududuki agar aku merasa nyaman. Tali yang tadi dipakai untuk mengikat kakiku kini digunakan untuk mengikat sikut tanganku yang masih terikat di punggungku pada kedua tiang bagian atas ranjang canopy itu agar aku tidak kabur.
aEsOke deh! Rasanya sudah cukup!! Nah, kakak santai saja ya? Nikmati saja filmnya!aEt Rendy lalu memutar DVD itu.
aEsMmff!!aEt Aku berteriak terkejut saat melihat adegan percintaan seorang wanita berambut pirang di layar televisi itu, rupanya Rendy menyetelkan DVD porno untuk kutonton..
aEsKakak pelajari gayanya dulu, ya! Supaya nanti siap main dengan Rendy! OK?!aEt Rendy tersenyum dan beranjak pergi, meninggalkanku sendiri terikat di ranjang sambil berusaha menahan gejolak birahiku yang semakin mendera karena suguhan adegan panas dihadapanku.
Aku pun terpaksa menonton film porno itu sekitar 2 jam. Yah, aku memang pernah melihat sekilas film porno di handphone teman-teman SMUku, namun mungkin karena ini pengalaman pertamaku melihat film porno selama itu, muncul keinginanku agar vaginaku dimasuki oleh penis seperti wanita bule yang ada di film porno itu. Pikiranku bergejolak, aku sadar bahwa aku akan kehilangan keperawananku apabila vaginaku dimasuki penis Rendy, namun di sisi lain, aku penasaran akan rasa nikmat yang tampaknya melanda wanita di film itu saat vaginanya dimasuki oleh penis. Aku juga ingin merasakan kenikmatan itu. Apakah aku juga akan merasa senikmat itu apabila vaginaku dimasuki oleh penis? Aku masih bisa mengingat dengan jelas rasa nikmat saat vaginaku dijilati dan dipermainkan oleh Rendy sebelumnya. Tentunya aku akan merasa lebih nikmat lagi apabila vaginaku dipermainkan oleh penis Rendy. Lagipula, setidaknya aku tidak perlu khawatir akan hamil sebab masa suburku baru saja terlewati minggu lalu. Akhirnya rasa penasaran dan gairah seksualku mengalahkan perasaanku. Sudah kuputuskan, aku akan melayani Rendy sepenuh hatiku. Aku sudah tidak peduli lagi akan statusku sebagai gurunya ataupun perbedaan usia kami, yang kini kuinginkan hanyalah mengejar kenikmatan seksualku semata. Bahkan status dan perbedaan usia kami malah menjadi sumber gejolak gairah seksualku. Detik dan menit berlalu, namun bagiku yang kini dikuasai gairah seksualku, serasa menunggu selama berhari-hari. Cairan cintaku sudah semakin banyak keluar dari vaginaku sehingga aku bisa merasakan bantal yang kududuki semakin basah. Akhirnya, pintu kamar itu terbuka juga dan masuklah Rendy kedalam kamar itu.
aEsBagaimana kak? Sudah puas nontonnya?aEt
aEsSudah tahu kan bagaimana gaya-gayanya?aEt lanjutnya. Aku hanya mengangguk pelan dengan wajah memelas.
aEsBagus, bagus!! Kakak emang pintar!aEt ujarnya sambil membelai kepalaku dengan pelan, seolah memuji anak kecil.
aEsHff…aEt jawabku.
aEsNah, kalau begitu kakak mau tidak kalau aku setubuhi seperti di film?aEt muncullah pertanyaan yang sedari tadi kutunggu. Tanpa pikir panjang, aku langsung mengangguk sambil melihat wajah Rendy. Namun Rendy malah pura-pura tidak melihat sambil mematikan DVD playernya.
aEsApaa? Rendy nggak bisa dengar nih!aEt
aEsMmff!!aEt Aku berusaha untuk meminta Rendy melepaskan sumbatan mulutku agar aku bisa berbicara, namun Rendy malah melepas ikatan di kedua sikutku sehingga aku terbebas dari ranjang canopy itu. namun tanganku masih terikat kencang di punggungku. Aku lalu dituntun turun dari ranjang. Rendy tidak lagi mengawasiku dengan ketat. Ia tahu bahwa aku sekarang sudah tidak ingin kabur lagi.
aEsWaah, udah gede masih ngompol yah, Kak?aEt ejek Rendy saat melihat bekas cairan cintaku di bantal yang tadi kududuki.
Aku hanya menggeleng pelan, namun kurasa Rendy juga tahu bahwa itu adalah cairan cintaku yang meluber karena aku terangsang sedari tadi. Rendy lalu menarikku kehadapan sebuah papan tulis putih di kamar itu yang ditempeli berbagai rancangan bu Diana. Rendy melepas semua rancangan itu agar papan tulis itu bersih. Rendy juga memposisikan tubuhku agar terjepit diantara sebuah meja dihadapanku dan papan tulis itu dibelakangku. Aku terkejut saat Rendy dengan sigap menundukkan tubuhku di meja itu sehingga posisiku kini menungging kearah papan tulis itu. Rendy juga menaikkan rok gaun dan petticoatku bagian belakang dan mengaitkannya di pita putih gaunku yang ada di pinggangku, sehingga kini pantatku terpampang jelas menungging didepan papan tulis itu.
aEsNah, gimana kalau kakak tulis saja apa yang kakak mau? Soalnya kakak nggak bisa ngomong sekarangaEt ujarnya dari belakang. Aku pun semakin heran, bagaimana caraku menulis dengan tangan terikat dan posisi tubuh menungging seperti ini? Aku hendak berdiri, namun punggungku ditekan ke meja itu oleh Rendy.
aEsTahan sebentar ya, KakaEt ujar Rendy sambil membuka celah pantatku. Rendy lalu menuangkan lotion ke jari telunjuknya dan mengusapkan lotion itu ke lubang pantatku. Sesaat aku merasakan jari Rendy yang menempel dilubang pantatku bergerak pelan mengoleskan lotion itu dan aku bisa merasakan rasa dingin dan licin akibat lotion itu di pantatku.
Setelah lubang pantatku selesai dilumuri lotion, aku merasa ada sesuatu di lubang pantatku, aku tahu benda itu bukanlah jari Rendy karena benda itu terasa lebih besar dan keras dari jari Rendy.
aEsHMMFF!!aEt jeritku saat tiba-tiba aku merasakan rasa sakit yang luar biasa di lubang pantatku. Suatu benda yang panjang dan keras menekan memasuki lubang pantatku. Aku menoleh ke belakang dan melihat Rendy memaksakan untuk memasukkan benda itu ke dalam anusku. Benda itu diputarnya perlahan masuk ke dalam pantatku seperti sekrup. Air mataku meleleh saat merasakan rasa perih yang amat sangat saat Rendy memperawani anusku dengan benda itu. Lubang pantatku serasa tersayat-sayat dan rasa perihnya tak terkira.
aEsWuiih… lubang pantatnya seret banget! Padahal sudah dikasih lotion! Pasti masih perawan, nih!aEt komentar Rendy yang terus memutar benda itu masuk kedalam anusku. Aku hanya bisa menggeleng-geleng keras memohon agar Rendy menghentikan aksinya itu. Namun Rendy terus memaksakan benda itu untuk masuk kedalam pantatku.
aEsOke! Selesai deh!aEt seru Rendy. Aku menoleh kebelakang, aku amat panik saat menyadari sebuah spidol berukuran besar kini tertanam didalam pantatku. Spidol itu tampak mengacung tegak kearah papan tulis karena posisi tubuhku yang menungging.
aEsOops, tenang saja, Kak! Spidolnya sudah kumasukkan dengan baik, kok! Kakak tahan saja spidolnya dengan otot pantat kakak supaya tidak jatuh!aEt ujar Rendy. Kata-kata Rendy sama sekali tidak menenangkanku apalagi saat merasakan spidol besar yang sedang tertanam dalam pantatku.
aEsNah, ayo tulis apa yang kakak mau!aEt
aEsMMFF!!aEt aku menggeleng memprotes Rendy. Ide anak ini benar-benar gila! Aku yakin dia pasti mempelajari cara ini lewat film-film pornonya untuk mempermalukanku.
aEsAyoo, kalau tidak, kakak nanti kubiarkan seperti ini, lho! Spidolnya tidak akan kucabut kalau kakak tidak mau menurut!aEt ancamnya.
aEsMmm…aEt aku memelas mendengar ancaman Rendy. Aku tahu kalau sedari awal aku tidak memiliki posisi menawar melawan Rendy dengan kondisi seperti ini.
aEsNah! Ayo, tulis di papan tulis kak! Seperti waktu kita belajar! Sekarang, aku mau kakak mengajariku menulis!aEt ujar Rendy sambil beranjak duduk dihadapanku, seolah sedang mendengarkan pelajaran di kelas.
Aku berusaha tetap tenang dan mulai menggerakkan pantatku di papan tulis itu.
aEsMmf!aEt aku menjerit kecil dan mataku membelalak saat ujung spidol di pantatku menyentuh permukaan papan tulis.
Pantatku terasa geli dan sedikit perih akibat tekanan spidol itu. Rendy tampak senang melihat ekspresi wajahku yang dipenuhi rasa panik, malu dan bingung akan keadaanku sekarang. Perlahan-lahan aku berusaha untuk menulis dengan pantatku di papan tulis itu. Kaki dan pahaku ikut bergerak menaik-turunkan tubuhku yang menungging. Aku selalu merintih setiap kali satu goresan kutulis di papan tulis itu karena sensasi yang ditimbulkan spidol itu dalam pantatku, yang entah bagaimana semakin membangkitkan gairah seksualku.
aEsHati-hati lho, kak. Kalau terlalu ditekan, spidolnya bisa tergelincir masuk kedalam pantat kakak. Nanti tidak bisa keluar lagi lhoo…aEt sorak Rendy.
Dasar badung! Pikirku. Memangnya salah siapa kalau nanti spidol ini malah terselip masuk kedalam pantatku?! Malah sekarang aku yang harus berusaha keras menangkal resiko yang diciptakan oleh anak ini untuk tubuhku! Aku pun mulai kehilangan ketenanganku akibat sorakan Rendy itu. Apalagi sesekali aku merasa spidol itu semakin masuk kedalam pantatku saat aku menulis. Namun aku tetap berusaha keras dan hasilnya, 5 huruf yang acak-acakan tertulis di papan tulis itu. Aku menghela nafas lega saat aku melihat hasil tulisanku itu. Sulit untuk dibaca memang, bahkan aku yakin tulisan anak SD pasti jauh lebih mudah dibaca dari tulisanku; namun aku yakin telah menulis huruf P-E-N-I-S di papan tulis itu.
aEsWaah, tulisan kakak jelek sekali! Padahal katanya sudah kuliah!aEt kembali Rendy mempermalukan diriku. Ia lalu berjalan kehadapanku, melepas lakban mulutku dan menarik keluar celana dalamku yang sedari tadi telah menjejali mulutku.
aEsAhh… ohk… ohkk…aEt Aku terbatuk-batuk dan menghela nafas lega. Kulihat Rendy sedang mengendusi celana dalamku yang basah karena ludahku dan sesekali ia menghisap-hisap ludahku yang membasahi celana dalamku itu.
aEsHmmm… ludahnya kakak memang enaak… Nah sekarang coba kakak baca apa yang kakak tulis!aEt
aEsPe… penis…aEt ujarku pelan dengan perasaan yang amat malu.
aEsApaa? Apa yang kakak mau?aEt tanyanya dengan nada mengejek, seolah tidak mendengar ucapanku barusan.
aEsPenis!!aEt jawabku tidak sabaran.
aEsPenis siapa, hayooo?aEt
aEsPenisnya Rendy!!aEt aku mengumpulkan seluruh keberanianku untuk meneriakkan kata itu dan akhirnya terucap juga.

PENGANTIN MURIDKU 1

Hai, perkenalkan namaku Erina. Usiaku sekarang 18 tahun. Teman-temanku sering memuji wajahku yang bulat dan manis dengan rambutku yang hitam sebahu yang menurut mereka amat serasi dengan bentuk wajahku. Tubuhku yang mungil dengan tinggi 152 cm, memberi kesan imut yang sering menjadi daya tarik tersendiri bagi teman-temanku. Aku merupakan seorang mahasiswi keturunan Chinese dari Medan yang bisa tergolong sebagai pendatang baru di Jakarta. Aku merantau ke Jakarta sendirian untuk melanjutkan pendidikanku di sebuah universitas swasta di Jakarta Barat. Sehari-harinya aku bekerja sebagai guru les privat yang mengajar anak-anak sekolah yang pada umumnya adalah anak-anak SMP atau SD. Aku melakukan ini untuk membiayai uang kuliah dan segala keperluanku. Maklumlah, sebagai pendatang baru di kota besar seperti Jakarta, aku harus bisa membiayai segala keperluanku sendiri. Apalagi keluargaku yang berasal dari daerah juga bukan tergolong keluarga yang cukup mampu untuk membiayaiku, maka aku memutuskan untuk mandiri sendiri di perantauanku. Suatu hari, aku mendapat panggilan dari sebuah keluarga yang ingin agar aku mengajar les anak tunggal mereka. Mereka menawarkan gaji yang bagiku amat tinggi dan kurasa cukup untuk membiayai kehidupanku di Jakarta. Tanpa pikir panjang lagi, segera kuterima tawaran keluarga itu, dan kami setuju bahwa aku akan mulai mengajar anak mereka besok sore harinya sepulang kuliah. Esok harinya, aku pun datang untuk mulai mengajar murid baruku itu. Sesampainya di rumah itu, aku tertegun melihat arsitektur rumah itu yang seperti sebuah istana yang dilengkapi taman hijau dan dikelilingi pagar terali yang tinggi. Dibandingkan dengan rumahku di daerah yang hanya A? luas rumah itu, apalagi tempat kosku yang kecil dan sumpek, tentu saja memiliki rumah seperti ini sudah menjadi impianku sejak kecil.
DING-DONG!! Kutekan bel pintu di sebelah pagar rumah itu.
aEsSiapa?aEt terdengar suara wanita di Interkom yang terletak di samping bel pintu itu.
aEsSaya Erina, guru les privat anak anda yang baru!aEt jawabku
aEsOh, Erina! Ayo, silakan masuk!aEt
Tiba-tiba, gerbang terali rumah itu terbuka. Aku pun segera masuk kedalam. Pintu garasi itu terbuka dan keluarlah seorang wanita paruh baya, usianya sekitar 40-an tahun. Dari penampilannya yang necis seperti seorang business-woman, sudah jelas bahwa ia adalah pemilik rumah ini. Wanita itu segera menyambut kedatanganku.
aEsHalo, Erina! Bagaimana kabarnya?aEt
aEsBaik-baik saja bu. Anda Bu Diana? Ibu Rendy?aEt tanyaku dengan sopan.
aEsYa, betul! Ayo masuk, kita bicara didalam!aEt ujarnya mempersilahkanku masuk
Sambil menuju ke ruang tamu, kami berbincang-bincang sejenak. Dari situ aku tahu bahwa bu Diana adalah pemilik Bridal Studio ternama di Jakarta sekaligus seorang desainer gaun pengantin yang sering pergi ke luar negeri untuk melihat pameran-pameran di luar negeri. Bahkan, di rumahnya banyak terpajang piala penghargaan bagi desainer di pameran luar negeri. Sementara suaminya adalah kepala cabang sebuah bank multinasional yang saat ini tinggal di Jerman. Maka ia hanya tinggal berdua saja dengan anaknya di rumah itu. Seringkali anaknya dititipkan ke kerabatnya apabila bu Diana hendak pergi ke luar negeri. Aku pun dipersilahkan untuk menunggu di ruang tamu sementara bu Diana mengambilkan minuman untukku. Aku hanya terpaku melihat hiasan-hiasan indah di rumah itu. Rasa-rasanya, harga salah satu hiasan patung ataupun lukisan itu cukup untuk membiayai uang kuliahku untuk satu semester.
aEsHayo, kok malah melamun?aEt aku dikagetkan oleh suara bu Diana yang segera menyajikan segelas es sirop untukku.
aEsEh… tidak… maaf, Bu!aEt aku tergagap salah tingkah, namun bu Diana hanya tersenyum melihatku. Bu Diana segera duduk di sofa ruang tamu di depanku.
aEsNah, Erina. Kamu akan mengajar Rendy mulai hari ini. Ibu harap kamu bisa memperbaiki nilai-nilainya di sekolah.aEt
aEsBaik bu. Saya akan berusaha sebaik mungkin.aEt
aEsSaya senang melihat semangatmu. Tapi apa kamu tahan menghadapi anak-anak nakal?aEt
aEsMemangnya ada apa, bu?aEt tanyaku penasaran
aEsRendy sekarang duduk di kelas 3 SMP, usianya tahun ini 16 tahun. Kamu tahu, itu masa yang rawan bagi anak remaja. Nilai Rendy terus menurun, ia lebih sering menghabiskan waktunya buat bermain atau menonton di kamarnya.aEt Bu Diana tampak menghela napas.
aEsTenang saja, bu. Saya akan berusaha untuk membuatnya belajar. Saya yakin, nilai Rendy pasti akan segera membaik.aEt
aEsBagus. Kinerjamu akan dinilai lewat nilai-nilai ujian semester mereka Juni ini.aEt
aEsBerarti, 5 bulan dari sekarang?aEt
aEsBenar. Tunggu sebentar ya, Erina? Ibu akan memanggil Rendy dulu.aEt
Aku mengangguk menyetujui. Bu Diana lalu beranjak pergi ke lantai atas. Tak lama kemudian, Bu Diana turun beserta seorang anak laki-laki. Wajah anak itu tidak bisa dibilang tampan, menurutku. Tubuhnya kurus dan termasuk tinggi untuk anak seusianya, bahkan lebih tinggi dariku. Tapi mukanya yang tampak masam saat melihatku yang duduk di hadapannya, dari wajahnya sudah terlihat ia seorang yang nakal dan bermasalah.
aEsAyo, beri salam ke Kak Erina! Mulai hari ini dia yang akan menjadi guru privatmu!aEt
aEsRendy.aEt Anak itu tampak acuh dan menyodorkan tangannya untuk bersalaman denganku.
aEsErina, salam kenal!aEt Aku berusaha tersenyum sambil membalas uluran tangannya.
aEsBaiklah, ayo antar kak Erina ke kamarmu dan mulai belajar!aEt perintah bu Diana, yang hanya dijawab oleh gerutuan dari Rendy. Aku tersenyum dan mengikuti Rendy ke kamarnya. Sejak hari itu, aku mulai mengajari Rendy sebagai guru privatnya.
Hari demi hari berlalu. Tidak terasa, sudah 3 bulan berlalu sejak hari itu. Tiap hari Senin hingga Jumat sore, aku terus mengajari Rendy sebagai guru privatnya secara rutin. Lama-lama aku pun semakin mengenal Rendy. Rendy sering bergaul dengan teman-temannya, namun sayangnya Rendy salah memilih pergaulan. Ia bergaul dengan anak-anak nakal di sekolahnya. Aku pernah melihat teman-temannya yang nakal itu, mereka selalu saja mengajak Rendy untuk membolos saat aku mengajar, yang seringkali dituruti olehnya, belum lagi sikap mereka yang menurutku tidak sopan maupun cara mereka bergaul yang lebih condong ke arah pergaulan bebas. Aku selalu bersabar mengajari Rendy, tapi anak itu benar-benar bandel. Setiap kali aku mengajarinya, ia hanya mengacuhkanku ataupun bengong melamun. Semua tugas yang kuminta untuk dikerjakan tidak pernah disentuhnya sama sekali. Parahnya lagi, tidak jarang kulihat kepingan DVD porno yang disembunyikannya dibawah kasurnya. Aku tidak pernah menghiraukan hal itu, karena tugasku di sini adalah untuk mengajarinya bahan pelajaran, bukan untuk menceramahinya. Mungkin karena pengaruh DVD itu dan pergaulannya, dia juga sering menggodaku untuk menjadi pacarnya. Aku memang masih single, tapi pacaran dengan anak dibawah umur? Tak pernah sama sekali terlintas di benakku untuk melakukan hal itu, apalagi Rendy adalah muridku.
Sering aku nyaris kehilangan kesabaran karena ulah Rendy, namun aku selalu teringat akan janjiku pada bu Diana untuk memperbaiki nilai Rendy dan mengingat biaya yang dikeluarkan bu Diana untuk membayarku, sudah cukup untuk membuatku selalu tegar menghadapi kebandelan Rendy. Namun seberapapun aku berusaha menahan kesabaranku, rupanya kesabaran bu Diana mulai habis. Suatu hari, ia memanggilku saat aku mengajar Rendy.
aEsErina, saya pikir kamu sudah tahu kalau nilai Rendy selama ini sama sekali tidak membaik.aEt Ujarnya agak keras
aEsMaaf, bu. Saya sudah berusaha, tapi Rendy…aEt
aEsSaya tidak mau mendengar alasan, Erina. Kamu tahu berapa gajimu setiap bulan bukan? Saya berharap pengeluaran itu setimpal dengan hasil yang kamu berikan. Tapi kalau begini hasilnya, saya benar-benar kecewa…aEt ujarnya dengan nada agak ketus
aEsTapi…aEt
aEsBegini saja. Saya akan tetap berpegang pada janji saya untuk menilaimu lewat hasil Rendy pada semester ini. Kalau nilainya masih juga belum membaik, saya terpaksa mencari pembimbing yang lebih mampu.aEt
aEsTapi bu…aEt aku berusaha memberi argumen dengan Bu Diana.
aEsSudahlah Erina, saya harus pergi ke studio sekarang! Saya harap, kamu bisa memperbaiki nilai Rendy secepat mungkin!aEt tegas bu Diana sambil berlalu pergi keluar dari rumahnya.
Kata-kata bu Diana benar-benar membuatku mulai patah arang. Bagaimana cara menggerakkan anak sebandel itu untuk belajar? Yang kutahu ia hanya tertarik dengan game PlayStation dan koleksi film miliknya, baginya memegang buku pelajaran pasti lebih susah daripada berenang melintasi samudra! Rasa putus asa menyelimutiku saat aku membayangkan bagaimana membiayai kuliahku apabila bu Diana meberhentikanku. Dengan lesu, aku kembali ke kamar Rendy untuk mengajar. Namun, sesampainya di kamar, aku melihatnya tertawa terbahak-bahak saat aku memasuki kamarnya.
aEsApa yang lucu?!aEt ketusku dengan muka masam.
aEsMau dipecat ya, Kak? Kasihaan deeeh!aEt ejeknya sambil tertawa.
Mendengar ejekan Rendy sudah lebih dari cukup untuk membuat amarahku yang sudah lama terpendam, meledak seketika.
aEsKamu maunya apa sih?! Kakak sudah memberimu penjelasan dan latihan-latihan, tapi sama sekali tak digubris!! Bagaimana nilaimu bisa bagus kalau kamu tidak pernah belajar!! Setiap hari yang kamu tahu cuma main game atau bengong saja!!aEt bentakku pada Rendy. Aku benar-benar merasa marah dan dipermainkan oleh anak itu. Tapi Rendy hanya tersenyum mendengar bentakanku itu.
aEsOke deh, kalau Kakak maunya begitu. Rendy akan minta Mami untuk mencari guru baru. Kakak cari saja murid yang mau menurut!!aEt Ujarnya dengan sombong.
Seketika itu juga aku ambruk ke lantai, air mataku menetes karena putus asa. Aku sudah harus membayar biaya kuliahku bulan depan yang rencananya akan kubayar dengan gajiku bulan ini. Apabila aku diberhentikan sekarang, bagaimana caraku untuk membayar uang itu? Tidak mungkin meminta kiriman uang dari keluargaku, aku tidak memiliki kerabat di Jakarta dan lagipula mana mungkin teman-temanku mau meminjamkan uang untuk mahasiswi miskin sepertiku ini? Sebenarnya banyak mahasiswa yang tertarik padaku dan mau menjadi pacarku. Bisa saja aku meminjam uang dari mereka, namun aku tak mau kalau harus berhutang budi pada mereka, bisa saja itu menjadi alasan mereka untuk memaksaku menjadi pacar mereka. Pikiran bahwa aku harus berhenti kuliah membuatku galau dan putus asa. Aku pun menangis terisak di hadapan Rendy.
aEsWaah, malah nangis… Dasar cengeng!aEt ejek Rendy saat melihatku menangis, namun itu tidak menghentikan isak tangisku.
aEsOke, oke. Aku mau belajar, tapi kakak harus menuruti permintaanku, Oke?!aEt Rendy mulai membujukku.
aEsA…apa yang kamu mau?!aEt jawabku sambil terisak.
aEsPertama, kakak berdiri dulu ya?aEt Rendy memegang tanganku dan membantuku berdiri. Aku pun segera beranjak bangun. Kulihat mata Rendy tampak menggerayangi lekuk tubuhku. Ia lalu berjalan berputar-putar mengelilingiku. Aku pun mulai risau melihat gelagat anak itu.
aEsSudah! Jangan putar-putar melulu! Kepala kakak pusing tahu!! Kamu maunya apa sih?!aEt bentakku tidak sabaran.
aEsKak, Rendy penasaran deh…aEt ungkap Rendy.
aEsApanya?!aEt
aEsKakak itu cewek kan?aEt
aEsLalu kenapa? Bukannya sudah jelas kan?!aEt jawabku kesal.
aEsKalau begitu, kakak punya memek juga doong…aEt balas Rendy dengan nada mengejek.
aEsRendy penasaran nih… Memek kakak mirip nggak ya, dengan memek cewek-cewek yang sering kulihat di film-film porno?aEt sambungnya dengan santai.
Oh, astaga! Bagai tersambar petir, aku benar-benar marah mendengar ucapan Rendy itu. Moral anak ini benar-benar sudah hancur sama sekali!! Bagaimana bisa dia menanyakan hal seperti itu didepan seorang gadis dengan santainya? Anak ini benar-benar sudah kelewat batas!
PLAAK… Tanpa sadar kutampar pipi kiri Rendy hingga anak itu terjatuh ke lantai. Rendy pun merintih kesakitan.
aEsAduh, sakiit…aEt rintihnya pelan.
Ya ampun! Apa yang telah kulakukan? Sesaat aku sontak tersadar, namun sudah terlambat. Tamparanku sudah keburu mendarat di pipi Rendy. Melihat Rendy yang terjatuh, aku pun merasa semakin panik. Segera kuhampiri Rendy yang masih merintih di lantai.
aEsRendy, Rendy! Kamu nggak apa-apa kan?! Maaf ya, kakak tak sengaja. Maaf…aEt tanyaku cemas.
Aku berusaha menggenggam tangan Rendy, namun ia segera menepis tanganku.
aEsPergi sana! Rendy akan laporkan kakak ke Mami!! Biar nanti kakak dituntut ke polisi!!aEt teriaknya.
aEsRendy… Kakak minta maaf ya? Kakak benar-benar tak sengaja…aEt aku benar-benar panik mendengar ancaman Rendy, yang sangat mungkin menjadi kenyataan mengingat keluarganya yang cukup terpandang.
aEsNggak mau! Pergi sana!! Tunggu saja sampai Mami pulang, Kakak pasti kulaporkan!aEt ancam Rendy sekali lagi. Rendy segera beranjak, hendak keluar dari kamarnya.
Aku benar-benar putus asa dan kebingungan. Masalah yang datang menghampiriku silih berganti. Bagaimana ini? Sebelumnya, ancaman pemecatanku sudah diambang mata dan sekarang malah aku terancam dituntut oleh keluarga kaya ini. Pikiranku pun mulai buntu dan tanpa pikir panjang lagi, kutarik tangan Rendy untuk mencegahnya keluar kamar.
aEsTunggu Rendy!! Kakak akan menuruti permintaan Rendy! Apapun! Tapi tolong jangan laporkan kakak ke bu Diana!aEt bujukku pada Rendy.
Langkah kaki Rendy terhenti sebentar. Rendy lalu melirik melihatku.
aEsBenar nih? Kakak nggak bohong kan?aEt tanyanya tidak percaya.
aEsIya, iya! Kakak janji! Tapi cuma sekali ini saja ya!aEt jawabku putus asa.
aEsOke deh kalau begitu. Rendy mau lihat memek kakak sekarang.aEt Perintahnya padaku.
aEsTapi cuma lihat saja ya! Jangan macam-macam!aEt
aEsIya, deeh…aEt jawab Rendy puas.
Aku lalu berdiri di depan Rendy, perlahan-lahan kunaikkan rok putihku yang selutut di hadapan anak itu. hingga akhirnya rokku mencapai pinggul, menampakkan pahaku dan celana dalam pink berendaku dengan jelas. Rendy tampak takjub saat melihat celana dalamku yang masih menutupi selangkanganku.
aEsTunggu Kak! Jangan bergerak dulu!aEt perintah Rendy mendadak. Aku pun tak punya pilihan lain selain memamerkan celana dalamku di hadapan Rendy.
Perasaanku campur aduk saat melihat mata Rendy yang tampak berbinar-binar takjub melihat celana dalamku. Aku pun bisa mendengarnya menelan ludah. Pasti ini pengalaman pertamanya melihat celana dalam seorang gadis yang asli. Kurasa selama ini dia hanya melihat celana dalam wanita lewat film pornonya saja. Ia tampak gugup sekaligus senang melihat celana dalamku. Sementara jantungku berdegup kencang sekali saat mengingat seorang anak ABG sedang mengamati celana dalamku dengan seksama. Wajahku sekarang pasti sudah lebih merah dari buah tomat yang matang karena malu. Rendy menoleh sejenak ke belakang sambil menghela nafas. Kurasa ia juga amat gugup karena dari tadi mengamati celana dalamku tepat di depan wajahnya. Tapi, ia segera kembali menoleh melihat celana dalamku dan kali ini kulihat sorot matanya yang secara khusus mengamati bayangan vaginaku dibalik celana dalamku. Sorot matanya yang mengamati dengan seksama memberiku sensasi yang aneh. Belum pernah kulihat sorot matanya seserius itu.
Semakin lama, kepalanya semakin maju hingga memasuki rokku dan tampaknya ia benar-benar menikmati saat mengamati celana dalamku. Aku dapat merasakan dengan sangat jelas detak jantungku yang berdegup semakin kencang. Aku merasa bingung mengapa jantungku bisa berdetak sekencang itu hanya karena Rendy sedang mengamati celana dalamku? Aduuh… andai saja aku tidak menamparnya tadi, sesalku dalam hati.
aEsRendy, sudah ya… Kakak sudah capek nih…aEt bujukku pada Rendy.
aEsBelum kak. Kakak masih belum menepati janji kakak!aEt protesnya padaku.
aEsApa lagi, sih, Rendy?!aEt
aEsAku mau melihat memek kakak! Bukannya tadi kakak berjanji untuk menuruti keinginanku? Ayo, buka celana dalamnya dong kak!aEt pintanya padaku.
aEsTapi… tapi…aEt aku berusaha mencari alasan untuk menolak permintaan Rendy, namun pikiranku buntu sama sekali. Memang benar tadi Rendy sempat berkata bahwa ia ingin melihat kewanitaanku. Tapi bagaimanapun, aku merasa amat keberatan kalau seorang anak kecil melihat vaginaku yang selalu kujaga baik-baik untuk suamiku di masa depan.
aEsAyo, kak! Kalau tidak aku akan melaporkan kakak ke Mami lho!!aEt ancamnya sekali lagi. Aku sadar, aku tidak mungkin meloloskan diri dari permintaan Rendy.
aEsIya deh! Tapi cuma sebentar saja ya!aEt gerutuku. Saat mendengar kata aE~melapor ke MamiaE?, aku sudah kalah telak tanpa bisa membantah atau menolak permintaan anak ini.
aEsOke deh!!aEt serunya dengan riang setelah mendapat izin dariku.
Tanpa menunggu lama, ia segera melorotkan kedua sisi celana dalamku dan menurunkan celana dalamku hingga celana dalamku tergulung di pahaku. Sekarang, tanpa pelindung apapun, kewanitaanku terpampang jelas dihadapan Rendy yang kini mengalihkan perhatiannya ke vaginaku. Pikiran dalam hatiku berkecamuk. Apa yang sebenarnya kulakukan? Bukankah bu Diana membayarku untuk mengajar les privat anaknya? Namun kenyataannya sekarang, celana dalamku sudah ditarik turun oleh muridku sendiri yang kini sedang sibuk mengamati kewanitaanku. Kalau bu Diana mengetahui hal ini, aku tidak tahu apa yang akan dilakukannya padaku. Paling tidak aku agak beruntung karena bu Diana tidak berada di rumah saat ini, jadi aku tidak perlu khawatir akan kepergok olehnya.
aEsWaah, beda sekali dengan memek cewek-cewek di film porno. Memek kakak bersih ya! Nggak ada rambut-rambutnya!aEt puji Rendy padaku.
Tentu saja! Aku paling menjaga dan merawat daerah kewanitaanku sebaik mungkin. Aku selalu teratur membersihkan vaginaku dan mencukur rambut kemaluanku. Mana mungkin vaginaku disamakan dengan vagina para perempuan di video porno yang pasti tidak dirawat dengan teratur! Pikirku kesal.
aEsHei, Rendy. Sudah cukup ya?aEt pintaku pada Rendy.
aEsSebentar lagi, ya. Kak!aEt
Ampuun! Aku benar-benar terjebak! Memamerkan kewanitaanku di depan anak SMP sudah lebih dari cukup untuk membuatku malu seumur hidup! Aku tak berani membayangkan kalau ada orang yang melihat hal ini. Badanku terasa panas dan keringatku mulai mengucur deras hanya karena kewanitaanku diamati oleh Rendy. Apalagi mengingat kalau aku seharusnya mengajarinya dalam pelajaran, bukan malah memberinya tontonan yang tidak pantas seperti ini.
aEsWaah… kok memek kakak makin lama makin basah sih?!aEt tanya Rendy tiba-tiba.
aEsAh… Eh?!aEt mendadak aku tersadar dari lamunanku, saat itulah aku baru menyadari kalau jari telunjuk Rendy sudah menyentuh bibir vaginaku. Ujung jari Rendy sudah mulai masuk sedikit ke dalam liang vaginaku dan mulai menggosok-gosok bibir vaginaku yang sudah basah karena luapan cairan cintaku tanpa sadar.
aEsAAH!!! Hei!! Hentikan, Rendy!!!aEt aku benar-benar panik melihat jari Rendy di vaginaku itu. Aku takut kalau keperawananku malah terenggut oleh jari-jari Rendy. Namun Rendy tidak berhenti.
aEsRendy! Sudah cukup, hei!! Bukannya kamu berjanji hanya melihat saja?!aEt protesku pada Rendy.
aEsAargh! Berisik! Diam saja! Kalau tidak, kutusukkan jariku kedalam memek kakak dalam-dalam, mengerti?!aEt bentak Rendy padaku.
Aku benar-benar takut. Rendy memang memegang kendali saat ini, apalagi dengan jarinya yang masih sibuk memainkan bibir vaginaku, mudah saja baginya untuk memperawaniku dengan jarinya. Aku berpikir daripada aku diperawani jari-jari Rendy, mungkin lebih baik kalau aku menuruti kemauannya. Aku kembali menangis terisak, namun Rendy tidak menghiraukan tangisanku, ia malah menggosok-gosokkan jarinya di sela vaginaku dengan pelan. Saat itulah aku tersentak sesaat merasakan kenikmatan gosokan jari Rendy di vaginaku. Jujur saja, ini merupakan pengalaman pertama bagiku merasakan kenikmatan seperti itu karena aku tidak pernah beronani sebelumnya. Aku pun merasa tenagaku untuk berontak lenyap seketika.
aEsAh… ohh… aakh…aEt tanpa sadar, aku mendesah nikmat karena gosokan jari Rendy.
aEsAda apa, Kak?!aEt tanya Rendy padaku.
aEsAahh… hentikan… Rendy… jangan… auuch…aEt Suaraku sudah mulai bercampur dengan lenguhanku.
aEsLho, kok kakak mau berhenti? Bukannya rasanya enak Kak?aEt balasnya setengah mengejek.
aEsEegh… itu… itu…aEt tanpa sadar, aku pun melepaskan rokku yang dari tadi kupegang, tapi Rendy segera menyibakkan rokku kembali.
Rendy terus mengamati wajahku untuk melihat reaksiku, aku berusaha tidak menatap wajahnya, walaupun sesekali dapat kulihat ia tersenyum dengan reaksiku. Badanku terasa limbung ke belakang, tempat meja belajar Rendy berada. Aku pun menyandarkan diri di meja belajar itu dan kedua tanganku memegang bibir meja itu agar aku tidak jatuh. Rendy sekarang memegangi rokku dan menekannya di perutku, sehingga rokku tersibak dan vaginaku terpampang semakin jelas.
aEsNah, kita mulai sekarang ya, Kak?aEt ujarnya padaku dan ia mulai mempercepat gosokannya di bibir dan celah-celah vaginaku. Aku pun tidak lagi menolak. Lagipula, aku tidak ingin Rendy menghentikan aktivitasnya saat ini, aku sudah terlanjur dikuasai kenikmatan yang melanda tubuhku
aEsOuchhh… aahh… aahhh…aEt desahku menahan kenikmatan di vaginaku, akal sehatku sudah lenyap dan aku sepenuhnya dikuasai oleh kenikmatan di kewanitaanku. Entah mengapa, fakta bahwa yang mengocok vaginaku adalah muridku sendiri yang masih SMP malah membuatku semakin bernafsu.
aEsAduuh… aw… aw… aww…aEt rintihan-rintihan kenikmatan keluar dari mulutku setelah 3 menit berlalu sejak bibir kewanitaanku dilayani oleh jari-jari Rendy. Aku pun sudah tidak tahan lagi, aku merasa akan segera mencapai orgasmeku untuk pertama kalinya. Namun, tiba-tiba terdengar suara decitan mobil di halaman rumah. Bu Diana telah pulang! Aku dan Rendy segera menghentikan aktifitas kami, dan aku segera merapikan celana dalam dan rokku kembali. Kami lalu bergegas kembali ke meja belajar untuk melanjutkan les. Walaupun aku merasa agak kecewa karena nyaris saja mencapai orgasme, namun aku tetap melanjutkan mengajari Rendy walaupun suasana hatiku amat galau saat itu. Akhirnya aku pun selesai mengajar Rendy hari itu. tapi harus kuakui, Rendy tampak lebih bersemangat menyimak penjelasanku sehabis kejadian itu. Hanya saja aku tampak kacau karena banyak hal yang terjadi hari itu. Tapi bagaimanapun aku juga masih bersyukur karena selaput daraku tidak sampai robek akibat ulah Rendy tadi.
Sebelum pulang, Rendy sempat meminjam Handphoneku. Alasannya, ia mau mengirimkan lagu-lagu baru untukku, aku pun hanya mengiyakan saja permintaan Rendy itu. Setelah Rendy mengembalikan Handphoneku, aku pun segera pamit kepada bu Diana dan kemudian pulang ke tempat kosku. Aku berharap semua kejadian hari ini hanyalah mimpi buruk semata.
Esok harinya, aku pun terbangun dalam keadaan galau. Semalaman aku mencoba tidur, namun di kepalaku selalu terbayang kejadian kemarin sore di rumah bu Diana. Akibatnya, bisa ditebak, aku benar-benar merasa amat letih dan lesu. Aku pun mencoba menyetel lagu yang kemarin diberikan Rendy padaku untuk mempercerah suasana. Aku lalu membuka handphoneku untuk mendengarkan lagu. Tapi aku tidak menemukan satupun file musik baru di handphoneku, malahan, lagu-lagu koleksiku banyak yang terhapus. Penasaran, aku pun memeriksa isi handphoneku. Sekarang, di bagian video, malah ada sebuah video yang berukuran ekstra besar. Penasaran dengan video di handphoneku, aku pun mulai memutar video itu. Astaga! Aku benar-benar terkejut setengah mati saat melihat diriku yang sedang memamerkan celana dalam di hadapan Rendy terekam di video itu dan bagaimana Rendy memainkan jari-jarinya di vaginaku juga terlihat dengan amat jelas dari arah samping. Saat itulah aku baru ingat bahwa saat aku memamerkan selangkanganku, sebuah handycam milik Rendy tergeletak di ranjangnya yang ada di samping meja belajarnya. Berarti, Rendy secara diam-diam berhasil merekam adegan mesumku! Tidak terbayang bagaimana perasaanku saat itu. Rasa letih d an lesu yang menyerangku dari pagi kini ditambah dengan perasaan cemas dan takut kalau video itu disebarluaskan, apalagi wajahku tampak jelas di video itu. Aku bingung, apa yang harus kulakukan? Bagaimana apabila video itu sudah disebarluaskan? Aku pasti diberhentikan dari universitas. Parahnya lagi, aku pasti akan dianggap sebagai perempuan rendahan oleh masyarakat. Bagaimana caraku menjelaskan pada keluargaku tentang video itu? Bayangan-bayangan itu terus berkecamuk didalam pikiranku selama seharian penuh. Walaupun begitu, sore harinya aku kembali berangkat menuju rumah bu Diana untuk mengajari Rendy. Saat aku datang, bu Diana masih belum pulang karena harus menyelesaikan proyek di studionya. Aku pun segera menemui Rendy untuk menyelesaikan masalah ini. Kebetulan, Rendy yang membukakan pintu untukku. Seolah ia sudah lama menunggu kedatanganku.
aEsHalo, Kak Erina. Bagaimana, video klip lagunya bagus tidak?aEt tanyanya dengan nada mengejek.
aEsRendy, kenapa kamu sejahat itu dengan kakak?! Buat apa kamu merekam video beginian sih?! Belum cukup kamu mempermainkan kakak kemarin?!!aEt jawabku dengan perasaan kesal bercampur cemas.
aEsWaah, kenapa Rendy dibilang mempermainkan kakak? Bukannya kemarin kakak terlihat nyaman saat aku layani?aEt Mata Rendy tampak semakin merendahkanku.
aEsSudahlah! Mana videonya? Cepat berikan ke kakak!!aEt perintahku.
aEsTenang saja kak, videonya Rendy simpan dengan baik kok. Jadi kakak tenang saja!aEt
Aku mengepalkan tanganku, menahan berbagai macam emosi yang bergejolak di dalam hatiku. Nyaris aku kembali menangis karena rasa cemas yang semakin kuat mencengkeram diriku, namun aku berusaha mengendalikan diri. Aku sadar aku tidak bisa mengambil jalan kekerasan untuk menghadapi Rendy, karena malah akan membuat masalahku tambah runyam.
aEsOh iya, Rendy juga belum memperlihatkan videonya ke orang lain. Waah, sayang sekali ya kak? Padahal videonya bagus kan?aEt lanjutnya.
Mendengar pernyataan Rendy itu, aku merasa melihat secercah cahaya dan harapanku sedikit pulih. Namun masih saja aku merasa tegang dan cemas. Aku pun berusaha membujuk Rendy untuk menyerahkan video itu padaku.
aEsRendy, kakak mohon… berikan video itu ke kakak, ya? Tolong jangan sakiti kakak lagi…aEt aku memohon meminta belas kasihan pada Rendy.
aEsHmm… kalau begitu, kakak harus mau menuruti perintahku lagi, aku berjanji akan memberikan videonya ke kakak.aEt
aEsKakak mohon, Rendy… Jangan lagi…aEt air mataku kembali mengucur saat mendengar syarat yang diajukan Rendy. Berarti aku harus kembali merendahkan diriku dihadapannya.
aEsKakak mau atau tidak?! Kalau tidak, ya sudah! Kakak bisa melihat videonya di internet besok pagi.aEt Ketusnya tanpa menghiraukan perasaanku.
Aku pun tidak punya pilihan lain, selain menuruti kemauan Rendy. Tampaknya percuma saja aku berusaha meminta belas kasihan anak ini. Yang ada di pikirannya saat ini pasti hanyalah keinginan untuk mempermainkan diriku sekali lagi. Terpaksa aku harus melayani permintaannya lagi agar video itu kudapatkan.
aEsBaiklah, kakak mengerti… Kakak akan menuruti perintahmu, tapi kamu harus berjanji akan memberikan video itu ke kakak!aEt jawabku memberi persetujuan.
aEsBeres, Kak!aEt Kali ini Rendy tampak girang sekali saat mendengar kalimat persetujuanku itu.
aEsNah, sekarang apa yang kamu mau?!aEt Tanyaku tidak sabaran
aEsTunggu sebentar dong Kak… Jangan buru-buru! Kalau sekarang pasti cuma sebentar karena Mami sebentar lagi pulang.aEt
aEsLalu, kamu maunya kapan?aEt
aEsNah, kebetulan 2 hari lagi Mami akan berangkat ke luar negeri, soalnya Mami akan memperagakan busana pengantin buatannya di pameran.aEt

PEMBANTU SEX

Gue Mau cerita pengalaman pertama kali gua melakukan hubungan sex. waktu itu itu umur gua masih relatif muda kira-kira 14 tahun masih duduk di SMP kelas 3 Sejak SD gue sudah sering baca buku buku porno yang stensilan pinjem dari temen-temen gue. Gue juga sering ngeliat foto-foto porno orang lagi begituanaE| kalo udah baca buku porno wah burung gue keras banget dan tegang sekali rasanya ada diviner serrr gitu dikepala burung gua yang kayak captain bentuknya.
Gue adalah anak ketiga kakak gue dua-dua adalah cewek, waktu itu kakak gue dua duanya udah pada menikah karena umur mereka ama gue cukup jauh sekitar beda 10 tahun dari kakak gua yang batten bungsu. Dan mereka sekarang tinggal ama suaminya masing-masing. Jadi gua di rumah tinggal ama ibu dan bokap gua bertigaaE|.
Gua termasuk anak yang bongsor.. karena untuk ukuran kelas 3 SMP badan gua udah lebih tinggi dari babeh gue, trus juga tulang-tulang gua termasuk kekar dan besaraE|aE|
Tapi yang batten gua ngak tahan adalah itu tuch penis gua kalo lagi tegang .. Gedeee bangetaE|. pernah gua ukur ama temen gue waktu itu kita sama sama telanjang di kamar mandi kolam renang.. dan waktu di amalgamation ama temen-temen gue, gue punya batten panjang dan gedeaE| dan pernah gua ukur waktu itu kira-kira panjangnya 17 CmaE|
Yang batten gua ngak tahan adalah kalo lagi di kelas gua suka perhatiin ibu Ina authority Bahasa InggrisaE| kadang-kadang tanpa sadar kalo gua liat itu ibu authority lagi duduk dan pahanya yang putih agak sedikit tersingkap aE| burungku langsung mengerasaE| dan menonjol kedepanaE| kalo lagi gitu gue berdoa moga-moga jangan di suruh kedepan kelasaE|
Gue punya temen deket sekelas namanya Joko, kita punya hobi dan hayalan yang samaaE| sering cerita tentang buku porno yang kita baca, dan kita juga sama-sama tergila-gila ama ibu authority Ina yang berasal dari tanah minang. Kalo ibu authority ina lagi nulis di papan kita berdua suka cekikikan memperhatikan betis ibu ina yang indah, putih dan berisi dan pinggulnya juga cukup besar dan padat.
Gilanya kita berdua suka menghayal menjadi kekasih ibu ina dan melakukan hubungan sex seperti yang di buku-buku porno dengan ibu inaaE| wah kalo lagi menghayal berduaaE| burung kita ampe keras banget..
Temen gue si joko pernah nyarannin gue aE| eh Bram lu kalo mau tau rasanya hubungan sex ama ibu ina gampang.. caranya lu di kamar mandi bayangin Ibu ina.. terus lu kocok burung lu pake sabun.
karena pengen tau waktu itu gue cobaaE|wah memang enak mula-mulaaE| burung gue makin absolutist makin gede dan keras seperti batuaE| tapi udah gue kocok-kocok ampe sejam lebih kok ngak keluar-keluar .. akhirnya gua bosan sendiri dan cape sendiriaE|. trus besoknya gue cerita ama joko .. dia bilang wah ngak accustomed loeaE|. sejak itu beberapa kali gue coba pake sabun tapi ngak pernah berhasilaE|. akhir gua jadi males sendiriaE| ngocok pake sabun.
Nah ini awal mula cerita gueaE| waktu itu pembantu rumah tangga gua keluar, trus ibu dapet lagi pembantu baru berasal dari Tasikmalaya, orang sunda, umur nya kira-kira 27 tahun. Orangnya memiliki kulit kuning langsat wajahnya cukup cantik apalagi kalau lagi tersenyum giginya putih terawat baik.
Waktu baru mulai kerja aku nguping wawancaranya ama ibu gue, bahwa dia adalah janda tapi belom punya anak dia cerai ama suaminya 3 tahun yang lalu, suaminya adalah orang kaya di kampung itu tapi umurnya waktu kawin ama Bi Asih udah berusia 60 tahun dan dia menikah kira-kira 4 tahun, sekarang cerai karena suaminya balik lagi ama bininya yang tua.
Aku memanggil dia biBi AsihaE| dia pinter masak masakan kesukaanku seperti sop buntut wah enak banget masakannya. Orangnya sopan dan ramah sekali.. hampir ngak pernah marah kalo di goda aE| ngak seperti mbok laskmi pembokat gua yang sebelumnyaaE| udah tua tapi cerewetnya minta ampun.
BiBi Asih sudah 3 bulan kerja di rumahku.. nampaknya dia cukup betah karena kerjaannya juga ngak terlalu banyak cuma ngelayani gue, nyokap dan bokap gue.
Nah waktu itu adalah hari JumaE?ataE| inget banget guaaE|aE|. Nyokap gue dapet telepon dari jakarta bahwa kakak gue yang nomor dua sudah masuk rumah sakit bersalin mau beranak anak yang pertama.
Mereka pergi dengan Sopir kantor bairn gue ke jakarta jumaE?at soreaE|
Aku ngak ikut soalnya sabtu besok aku ada pertandingan bola bassinet di sekolahan.
JumaE?at malem aku sendirian di kamar ku baca buku porno sendirian di kamaraE| wah cerita bagus sekali sambil membaca aku memegang burungku wah keras sekaliaE|aE|aE|
Kira-kira waktu itu sudah jam 9.00 malamaE| badanku terasa gerah.. habis baca buku begituanaE| aku keluar kamar untuk mendinginkan otakku aE| kebetulan kamarku dan kamar Bi Asih tidak terlalu jauh aE| dan aku melihat pintunya agak sedikit terbukaaE|..
Tiba-tiba timbul pikiran kotorkuaE| ah pingin tau gimana Bi Asih tidurnyaaE| trus aku berjingkat-jingkat mendatangi kamar tidur Bi Asih.. pelan pelan aku dorong pintunyaaE|. dan mengintip kedalam ternyata Bi Asih sedang tertidur dengan pulasnyaaE| lalu aku masuk kedalam kamarnyaaE|
Kulihat Bi Asih tidur terlentangaE| kakinya yang sebelah kiri agak di tekuk lututnya keatasaE| dia tidur menggunakan jarik kebaya tapi tidak terlalu ketat sehingga betisnya agak tersingkap sedikitaE| aku perhatikan betisnyaaE| kuning bersih dan lembut sekaliaE|. kemudian aku coba mengintip kedalam kebayanyaaE|wah agak gelap hanya terlihat samar-samar celana dalam berwarna putih.
Aku menarik napas dan menelan ludahaE| aku perhatikan wajah Bi Asih kalo-kalo dia bangun tapi dia masih tidur dengan lelapaE| lalu aku memberanikan diri memegang ujung kain kebayanya yang dekat betisnya tersebutaE| sambil menahan napas aku angkat pelan-pelan kain kebaya tersebut keatasaE| terus kusibak kesampingaE|. dan akhirnya terbukalah kain kebaya yang sebelah kiri dan tersingkap paha Bi Asih yang padat dan putih kekuning-kuninganaE| Aku kagum sekali melihat pahanya Bi Asih padat, putih dan berisi ngak ada bekas cacatnya sedikitpun jugaaE| lalu aku pandang lagi wajah Bi Asih ..ah dia masih lelapaE| aku memberanikan diri lagi membuka kain kebaya yang sebelah kanannyaaE| pelan pelan aku tarik kesamping kananaE| dan wah akhirnya terbuka lagiaE| kini di hadapan ku tampak kedua paha Bi Asih yang padat dan kuning langsat ituaE|aE| aku semakin berani dan pelan-pelan kain kebaya yang di ikat di perutnya Bi Asih aku buka perlahan-lahanaE| keringat dingin aku rasa menahan ketegangan iniaE| dan burung ku semakin keras sekali aE|. akhirnya aku berhasil membuka ikatan itu.. lalu kebuka ke kiri dan kekananaE| kini terlihat Bi Asih tidur terlentang dengan hanya di tutupi celana dalam sajaaE|..
Aku benar-benar bernafsu sekali saat ituaE|.
Kulihat perut Bi Asih turun naik napasnya teratur.. kulihat pusarnya bagus sekaliaE| perutnya kecil kencang ngak ada lemaknya sedikitpin juga.. agak sedikit berotot kaliaE|. pinggulnya agak melebar terutama yang di bagian pantatnya agak sedikit besar.
Bi Asih memakai celana nylon warna putih dan celana itu kayaknya agak sempit.. mungkin ketarik kebelakang oleh pantatnya yang agak gede.. jadi pas di bagian kemaluannya itu ngepas banget sehingga terbayang warna bulu bulu jembutnya yang halusaE| ngak terlalu banyakaE| dan bentuk kemaluan Bi Asih lucu juga agak sedikit menggunung kayak bukit kecilaE|aE|.
Pelan pelan aku sentuh vagina bagian atasnyaaE| tersasa empuk dan hangataE| terus pelan-pelan kucium tapi tidak sampai menempel kira-kira 1 milimeter di depan vagina tersebut.. wah ngak bau apa-apa.. cuma agak terasa hangat aja hawanyaaE|. Kupandangi lagi vagina yang menggunung indah ituaE| wah pingin rasanya aku remas tapi aku takut dia bangunaE|. Kulihat dia masih tidur nyenyak sekali.. dan kulihat dadanya membusung naik turunaE| ahhh aku pingin tau gimana sich bentuk tetek dari Bi AsihaE|aE|Pelan pelan kubuka baju Bi Asih.. ngak terlalu sulit karena dia hanya pakai peniti saja tiga bijiaE| dan satu satu kubuka peniti tersebutaE| lalu angkat geser kesamping bajunyaaE| wah terlihat dada sebelah kiri dan kubuka baju yang sebelah lagiaE| Kini Bi Asih betul betul hampir telanjang tidur telentang di hadapankuaE|
Ahh baru pertama kali dalam hidupku menyaksikan hal seperti iniaE| BH Bi Asih nampak sempit sekali menutupi buah dadanya yang padat dan berisiaE|. Aku perhatikan buah dadanyaaE| naik turun.. dan kulihat ternyata BH tersebut punya kancing cantel dua buah di depannya pas di tengah-tengah di depan belahan dada tersebutaE| dengan agak gemetar aku pelan buka buka cantelan ituaE|.. satu lepasaE| dan waktu mau buka yang satu lagi Bi Asih bergerak.. wah aku kaget sekali.. tapi dia ngak bangun kali lagi mimpiaE| lalu aku memberanikan lagi membuka cantelan yang satu lagiaE|. dan akhirnya terbukaaE|..
Aduh susunya indah sekali bentuknya besar hampir satu setengah kali bola tenis kaliaE| terus warna pentilnya agak merah mudaaE| bentuk susunya betul-betul bulat.. menonjol kedepan..
Aku pandangi terus kedua buah dada tersebut aE|indah sekaliaE| apalagi Bi Asih pakai kalung tipis warna kunig emas dan liontinnya warna ungu itu pas deket buah dadanyaaE| serasi sekaliaE|.
Aku semakin bernafsuaE| jantungku bedegup kencang sekali.. pingin rasanya meremas buah dada tersebut tapi takut Bi Asih bangun dan apa yang harus kulakukna bila dia bangunaE| aku mulai takut saat ituaE|. akan tetapi hawa nafsuku sudah memmuncak saat itu. hingga lupa ama rasa malu tersebutaE| kini Bi Asih udah setengah telanjang.. tinggal celana dalamnya sajaaE| aku pingin tau juga kayak apa sih yang namanya memek ituaE| terus terang aku seumur itu belum pernah melihat memek asli kecuali di fotoaE|
Aku cari akal gimana yaaE| tiba-tiba aku lihat di meja Bi Asih ada gunting kecilaE| wah aku ada akal.. nih
ku ambil gunting tesebutaE| lalu pelan-pelan aku masukan jari telunjukku ke samping celana Bi Asih di dekat selangkangannyaaE| aku tarik pelan-pelan agar dia ngak bangunaE| terlihat selangkangannya berwarna putih bersih.. setelah agak tinggi aku tarik celana nylon tersebut aku masukan gunting dan pelan pelan aku gunting celana dalam tersebut.. ada kali 10 menit aku lakukan itu akhirnyaaE| segitiga yang pas didepan memek Bi Asih putus juga ku gunitngaE| dan aku singkap calana dalam tersebut ke atasaE|..
Kini aku betul-betul melihat kemaluannya Bi Asih tanpa sehelai benang punaE| memeknya bentuknya rapat sekali kayaknya ngak ada lobangnyaaE| bulunya halus tipisaE| samping-samping bibir kemaluan tersebut putih bersih agak sedikit gelembung tapi belahannya betul-betul rapataE|
Wah aku betul-betul udah nafsu buta saaat ituaE| Aku bingung gimana nichaE| pingin pegang memek tersebut tapi takut dia bangunaE| Ah aku nekat karena udah ngak tahanaE| lalu aku buka celana pendek ku dan celana dalamkuaE|.. wah penisku udah gede banget kayak batu panjang dan keras.. lalu aku gosok-gosok burungku pakai tanganku sendiri sambil ngeliatin tetek Bi Asih dan dan memeknyaaE|.wah tersasa nikmat sekali.. rasanya burungku sampai bunyi greng.. greng gitu.. dan nikmat sekaliaE| rasanya seperti mau pipis.. tapi ngak keluar-keluar. aku gosok lagi yang keras sambil ngebayangin kalo penisku itu sudah berada di dalam memeknya Bi AsihaE| tapi ngak bisa juga keluaraE| ada kali 15 menit aku gosok-gosok burungkuaE|.
akhirnya aku udah ngak tahan dan nekat.. pelan-pelan aku naik tempat tidur Bi AsihaE|aE|
Aku ingat seminggu yang lalu Bi Asih pernah dibangunnin oleh ibu gua jam sepuluh malam waktu itu ibu gua mau minta tolong di kerokin.. nah Bi Asih ini waktu di ketok-ketok pintuhnya ampe setengah jam baru bangun.. dan dia minta maaf katanya bahwa emang dia kalo udah tidur susah di bangunin nyaaE|
Inget itu aku jadi agak berani mudah-mudah malam ini juga dia susah bangunaE| lalu dengan sedikit agak nekat aku angkat dan geser paha Bi Asih yang sebelah kanan terus melebar.. wah untung dia ngak bangun juga.. bener-bener nich Bi Asih dalam hatiku punya penyakit tidur yang gawat.. aku geser terus sampai maksimal sehingga kini dia benar benar mengkangkang posisinyaaE| aku berlutut tepat di tengah-tengah selangkangannyaaE|aE|.pelan-pelan aku tempelkan burungku di memeknya Bi AsihaE| tapi lubangnya kok ngak adaaE| aku agak bingung aE|. pelan-pelan belahan daging itu ku buka pakai jari ku.. terlihat daging warna merah jambu lembut dan agak sedikit basah.. tapi ngak keliatan lubang.. hanya daging berwarna merah muda dan ada yang agak sedikit menonjol kayak kacang merah bentuknya.. aku berfikir mungkin ini yang dinamakan itil oleh kawan-kawankuaE|. aku buka terus sampai agak kebawah dan mentok ngak ada belahan lagiaE| ternyata emang ngak ada lubangnyaaE| aku bingungaE|.. wah gimana nichaE|aE|.. tapi aku udah nafsu banget.. lalu pelan-pelan kutempelkan captain burungku ke vagina Bi Asih ternyataaE|ukuran helmku itu kayaknya kegedean sekali sehingga boro-boro bisa masukaE|.baru di bagian luarnya saja rasanya belahan memek Bi Asih udah ngak muataE|.
tapi ku pikir udah kepalang basah aku tempel aja captain burung ku ke memek Bi Asih.. wah ngak bisa masuk hanya nempel doangaE| tapi aku bisa merasakan kelembutan daging bagian dalam memeknya Bi AsihaE| enak sekali hangataE|.. aku gosok pelan-pelanaE|aE|. dan memek Bi Asih agak buka dikit tapi tetap aja kepala burungku ngak bisa masukaE| makin absolutist makin enakaE| aku benar-benar udah lupa daratan aE| dan gosokanku semakin kencang dan agak sedikit menekan kedalamaE| aku ngak sadar kalo Bi Asih bisa bangunaE| akhir bener juga ketika aku agak tekan sedikit Bi Asih bangun dan dia sepertinya masih belum sadar betul.. tapi beberapa detik kemudian dia baru aja sadar akan keadaan iniaE|. dia menjerit den. Bram ngapainaE| aduh den ngak boleh den.. pamali dia bilang.. terus dia dorong tubuh ke samping dan cepat-cepat dia menutup buah dadanya dan kemaluannyaaE|. den janganaE|. den.. keluaraE|. denaE|
Aku seperti di sambar petir saat itu.. muka merah dan maluuuu banget ngak ketulunganaE| aku ambil celanaku dan lari terbirit-birit keluaraE|.. langsung masuk kamaraE|aE|rasanya mau kiamat saat ituaE| .. bingung bangetaE| gimana ntar kalo Bi Asih ngadu ke orang tua guaaE|. wah mati gueaE|.. aE|..
Besok paginya aku bangun pagi-pagiaE| terus mandiaE| ngak pake sarapan aku pergi kesekolahaE|aE|
di sekolah aku lebih banyak diam dan melamunaE| bahkan ada temen gua yang godaain gue dengan mengolok gueaE| gue tarik kerah bajunya dan hampir gue tabok untung keburu di pisahin ama temen gueaE|dan waktu pertandingan basketaE| gue.. di keluarin soalnya gue tonjok salah satu pemain yang dorong gueaE|. wah bener bener kacau.. pikiran gue saat..itu.
Biasanya gue pulang sekolah jam 12.30aE| tapi aku ngak langsung pulang tapi capital dulu kerumah temen gue ampe jam 5 abscessed baru gua pulangaE|aE|
Ampe di rumahaE| Bi Asih udah menunggu di depan rumahaE| dia menyambutkuaE| kok absolutist sekali pulangnya den .. Bi Asih sampe khawatiraE|.. tadi ibu telepon dari Jakarta bilang bahwa mungkin pulang ke Bandungnya hari senin soreaE| soalnya mba Rini (kakakku) masih belum melahirkan, diperkirakan mungkin hari minggu besok baru lahir.
Aku hanya tersenyum kecut.. dalam hatiku wah Bi Asih ngak marah sama akuaE| baik sekali diaaE| aE|
aku langsung masuk kamaraE| dan mandi soreaE|aE| terus tiduran di kamaraE|..
Jam 7.00 malam Bi Asih ketuk kamarku den.. denaE| makan malamnya udah siapaE|.
Aku keluar dan santap malamaE| lalu setelah selesai aku nonton TV.. Bi Asih beres-beres.. meja makanaE|
selama dia memberekan meja.. aku mencuri-curi pandang ke Bi AsihaE| ah dia ternyata cukup cantik jugaaE|badannya sedang tidak tinggi dan bisa di bilang langsing.. hanya ukuran dada dan pinggul bisa dibilang cukup gedeaE|aE|. bener bener seperti gitaraE|aE|setelah selesai aku panggil diaaE| bi. biaE|. tolong bell aku di bikinin roti bakar.. aku masih laper nichaE|baik denaE|. terus dia bikiin aku roti bakar dua tangkapaE|.dan menghidangkannya di depan akuaE|.dan langsung mau pergiaE|.. tapi aku segera panggil lagi Bi Asih jangan pergi dulu dongaE|aE|.dia Jawab ada apa denaE|. ehmmmm itu bi emmm Bi Asih tadi cerita ngak ama ibu soal semalamaE|.. dia senyum wah backbone berani bibi ceritaaE|. kan kasian den BramaE|. lagian kali Bi Asih juga bisa kena marahaE|.wah lega hatikuaE| Bi Asih makasih ya.. dan maaf ya yang tadi malem ituaE|maaf celana biBi Asih rusak.. soalnyaaE| emmm soalnyaaE|. aku ngak tau harus ngomong apaaE|..Tapi kelihatannya Bi Asih ini cukup bijaksanaaE| dia langsung menjawab iya dech den Bi Asih ngerti kok itu namanya aden lagi puberaE| ya khanaE|aku tertawa.. ah Bi Asih ini sok tau ahaE|. dia juga tersenyum terus bilang den hati-hati kalo lagi puberaE|jangan sampai terjerumusaE|aE| Kembali aku tertawaaE| terjerumus ke manaaE| kalo ke tempat yang asyik sich aku ngak nolakaE| Bi Asih melotot eh jangan denaE| ngak baikaE|. Terus Bi Asih langsung menasihati akuaE| dia bilang maaf ya den Bram menurut bibi .. den Bram ini orangnya cukup gantengaE| pasti banyak temen-temen cewek den Bram yang naksiraE| Bi Asih juga kalo masih sebaya den mungkin naksir juga ama den Bram hi hi hi nah den Bram harus hati-hati.. jangan sampai terjebakaE| trus di suruh kawinaE| hayo mau ngasih makan apaaE|
Tiba-tiba ada semacam perasaan aneh dalam diriku aku ngak tau apa ituaE|. trus aku jadi agak sedikit berani dan kurang open ama Bi AsihaE|.. Aku pandang diaaE|. terus aku bertanyaaE| bi aE| Bi Asih baron udah pernah kawin khanaE| gimana sich bi rasanya orang begituanaE|aE|.Bi Asih nampak terbelalak matanya dan mukanya agak besemu merahaE| trus aku sambung lagi .. jangan marah ya bi.. soalnya aku bener-bener pingin tau katanya temen-temenku rasanya kayak di sorga betul ngakaE| Bi Asih diam sebentaraE| ah ngak den selama Bi Asih kawin 4 tahun.. bibi ngak ngerasa apa-apaaE| maksudnya gimana biaE|.masa bibi ngak begituan sama suami Bi AsihaE| eh maksud bibi.. iya begituan tapi.. ngak sampai 1 menit udah selesaiaE|..
Aku semangkin penasaran.. ah masa biaE| terus itunya suami bibi ampe masuk kedalam ngakaE|..
EEhhh ngaco kamuaE| dia tertawa tersipu-sipuaE| ehmm ngak kali yaaE| soalnya baru didepan pintu udah loyoaE|. hi hiaE|..eh udah ah jangan ngomong begituan lagi.. pamali dia bilangaE| lagian Bi Asih baron udah cerai 3 tahun jadi udah lupa rasanyaaE|. sambil tersenyum dia mau beranjak bangun dan pergiaE|.
ehh bi bi..bi tunggu dongaE| temenin aku dulu dongaE|. trus dia bilang eh udah besar kok masih di temenin bibi udah cape nichaE| tapi setelah ku bujuk-bujuk akhirnya dia mau menami ku nonton TV dan ngobrol ngalor ngidul ngak terasa udah jam 9.00 malam.. diluar mulai hujan deras sekaliaE| dingin juga rasanyaaE| Bi Asih pandai juga berceritaaE| cerita masa remaja diaaE| rupanya dia sempat juga mengeyam pendidikan sampai kelas 2 SMPaE|aE|.
Aku duduk di daybed panjang.. Bi Asih duduk di karpet bawahaE| terus aku panggil dia bi sini dechaE|
tolong liatin bell ini ku di bagian pinggang belakang kok agak nyeriaE| Bi Asih datang dan pindah ke sofaku.. backbone den ini nich aku tarik tangannya kepingang belakang kuaE| .. trus dia dia bilang ngak ada apa-apa kokaE| aE|.Saat itu tiba-tiba timbul lagi pikiran mesumku mengingat kejadian malam kemarin dan Bi Asih ngak marahaE| kalo sekarang aku agak nakal dikit pasti Bi Asih ngak bakalan marahaE|.
Lalu aku bilang ini Bi Asih tapi Bi Asih matanya meram yaaE| soal aku malu keliatan bodongkuaE| dia tersenyum dan mengangukaE| lalu memeramkan matanyaaE|. nah ini aku pikir kesempatankuaE|..
aku pegang kecang-kencang pergelangan tangan Bi AsihaE| lalu aku buka resleting celanaku dan aku tarik kebawah celana dalamkuaE|. burungku masih setengah besar belum gede bangetaE|aE|..
Lalu aku tarik tangan Bi Asih dan letakkan di ata burungkuaE|. dia bilang ehhh apa iniaE| trus aku bilang eh awas jangan buka matanya yaaE| dia nganguk dan tanya lagi apa sich ini kok angetaE|
Begitu tersentuh tangan Bi Asih menaraku mulai berdiri dengan gagah sekali dan mulai membesar cepat sekaliaE| rupanya Bi Asih curiga .. dan membuka mataaE| eh pamali dia bilangaE|. tapi aku tahan terus tangannya dan aku pandangi mata Bi Asih.. dia tersnyum malu dan tersipu.. dengan lirih dia bilang jangan den ngak sopanaE|.tapi aku bilang tolong bell biaE| pingin banget dechaE|..
Kayaknya Bi Asih kasian sama akuaE| dia menganggukaE| dan bilang.. cepetan ya den sebentar aja jangan lama-lama dan ngak boleh macam-macamaE|ntar kalo orang tua aden tau Bi Asih kena marah.. dan dia bilang eeeh ih kok gede banget sich denaE|iya jawabku singkataE|lalu tangan Bi Asih menggenggam burungku dengan lembut dia gosok-gosok dari ujung kepala sampai kepangkal burungkuaE| kira-kira 10 menitaE| dengan agak serak dia bilang udah belom denaE|..
Saat itu aku merasa melayangaE| dan ntah gimana tiba-tiba keberanianku timbulaE| aku pegang lengan Bi Asih terus naik ke bahuaE| leher.. pelan-pelan turun ke dadanyaaE| dia bilang eh den mau apaaE| tapi aku pura-pura ngak denger tanganku terus turun dan sampai kedadanya yang agak membusung kedepan.. Bi Asih agak sedikit bergetar badannya.. dia bilang dengan halus jangan denaE|.jangan. tapi dia tidah menepis tangankuaE| aku semakin beraniaE| pelan-pelan aku remas dadanya kiri kanan bergantianaE| nampak napas Bi Asih agak memburu.. aku semkin berani lagiaE| teringat akan bentuk buah dadanya yang indah tadi malam.. maka dengan sedikit nekat tangan ku mulai masuk ke BH nya aE|aE| ah susunya terrasa lembut sekaliaE|Bi Asih bilang lagi dengan lirihaE| den jangan aE|. aku ngak perduliaE|. lalu aku buka baju atas Bi Asih dan ku buka juga BH nyaaE| mula-mula Bi Asih menolak untuk di buka tapi dengan agak sedikit maksa akhirnya dia pasrahaE| dan terbuka bagian atas badan Bi AsihaE| susunya munjung membusung kedepan besar, putih dan bundaraE|. lalu mulai kuremas-remas Bi Asih agak sedikit menggeliataE|..napasnya memburu aE|aE|..aku ingat akan buku porno yang kubacaaE| lalu aku coba praktekkanaE|. ya itu aku mencoba mencium pentil dari teteknya Bi Asih dan lalu aku emut-emut seperti mengemut permenaE|aE| wah kayaknya Bi Asih kenikmatan bangetaE| napasnya memburu dan agak sedikit terengah-engahaE| waktu aku kenyot lagi pentilnya dia pegang kepalaku dan bilang den.. udah denaE| udahaE|. ah Bi Asih ngak tahanaE| katanyaaE|.. aku malah semakin semangat seluruh teteknya Bi Asih aku jilatin aku kulum-kulum aku emut-emutaE|..
Bi Asih semakin gelisah dan tangannya yang tadi mengocok-ngocok burungku kiri terhenti bergerak dan hanya meremas burungku dengan kencang sekaliaE| agak sakit juga rasanya tapi aku biarin ajaaE|.
Supaya lebih enak akhirnya aku buka baju atas Bi Asih aku ciummi lehernya, bahunya yang putihaE|. dan aku buka seluruh celanakuaE|sehingga Bi Asih bebas memegang burungku dan telurku bergantianaE|.
Adegan ini cukup absolutist juga berlangsung hampir sejamaE| kali aku liat jam diding udah jam 10.30aE|.
Lalu aku rebahkan Bi Asih di daybed panjangku.. mula-mula dia agak sedikit nolak tapi aku dorong dengan tegas dan lembut dia akhirnya nurut ajaaE| kini aku lebih leluasa lagi menciumi buah dadanya Bi AsihaE|. pelan-pelan agak turun aE| aku ciummi perut Bi AsihaE|. dia tampak agak kegelianaE|. aku semangkin terangsangaE| aku ingat-ingat apa lagi yach yang harus dilakukan seperti di buku-buku pornoaE|
Akhirnya pelan-pelan aku buka kain kebaya Bi AsihaE| dia bilang eh den jangan mau apaaE| ngak bi tenang aja dech. aku bilang.. akhirnya kain Bi Asih copot sudah dan aku buang jauh-jauhaE|dia tinggal memakai celana dalam sajaaE|. eh.. biarpun dia ini orang desaaE| tapi ternyata badannya bagus banget seprti gitar dan mulus banget. betisnya indah, pahanya kencang sekaliaE| mungkin sering minum jamu kampung sehingga badannya terawat baikaE|..
Aku ciummi perut Bi Asih terus turun kebawahaE| dan terus kebagian kemaluannyaaE|. dia tampak mendorong kepalakuaE| jangan denaE| tapi lagi-lagi aku paksa akhirnya dia diam.. setelah dia agak tenang aku mulai beraksi lagi.. celana dalamnya kutarik turunaE| wah ini dia betul-betul melawan dan ngak kasih aku kesempatan dia pegangin celananya ituaE| tapi aku terus berusahaaE| adu tarik dan akhirnya.. setelah cukup absolutist dia menyerah tapi tetapnya tangannya menutupi kemaluannyaaE| pelan-pelan aku ciummi tangannya akhir mau minggir juga dan kuciumi kemaluannyaaE| Bi Asih tampak mengelinjang.. dan dia bilang jangan denaE| jangan denaE|. tapi aku ciumi terusaE|.akhirnya suaranya itu hilang yang terdengar hanya napasnya aja yang terengah engahaE|. dibagian tengah memek agak keatas memek Bi Asih ada daging agak keras seperti kacangaE| mungkin itilaE| nah itilnya ini aku jilat-jilat dan kadang-kdang aku emut-emut dengan bibirkuaE|
Aku ciumi terus memek Bi Asih.. dan tau tau aku merasakan sesuatu yang agak basah dan bau yang khas.
Bi Asih tampak menggoyang-goyangkan kepalanya dan pantatnya mulai goyang-goyang jugaaE|
cairan yang keluar dari memek Bi Asih makin banyak aja.. dan makin licinaE|.
Ah aku udah ngak tahan lagi rasanyaaE|lalu kubuka kaos bajukuaE| dan aku juga sekarang sama bugilnya dengan Bi AsihaE|aku periksa lagi memek Bi Asih.. yach masih seperti tadi malam ngak keliatan lobang apa-apa cuma daging-daging merah jambu mengkilat karena basahaE| aku coba tusuk pakai jari tanganku dan eh ada juga lubangnya tapi kecil banget pas sejari tanganku ini, rupanya lubang itu tertutup oleh lapisan dagingaE| aku pikir-pikir apa cukup ya lubang ini kalo di masukin peniskuaE|
Aku penasaran lalu aku bangun dan belutut di pinggir daybed dan burungku aku arah kan ke memek Bi Asih
Bi Asih nampak terkejut melihat aku telanjang bulat dan dia hendak mau bangunaE| dan bilang den jangan sampai ketelanjuranaE| ya ngak bolehaE| aku bilang iya bi tenang ajaaE| aku cuma mau ngukur aja kokaE| dan dia percaya lagu rebahan lagiaE| sambil bilang janji ya den jangan di masukkin punya aden ke liang nya Bi AsihaE| iya jawabku singkataE| lalu aku ukur-ukur lagi lubang memek Bi Asih dengan penisku ternyata memang penisku ini ngak accustomed kali.. karena jangankan lubang yang didalan tadi itu yang seukuran jari telunjukku besarnyaaE| bibir bagian luarnya aja ngak muataE| aku mulai berfikir aE| wah bener kata joko aku ini ngak normalaE|.. trus aku bilang ke Bi AsihaE|. bi kok kayaknya lubangnya Bi Asih mampetnyaaE| ngak ada lubangnyaaE| Bi Asih mengangkat kepalaaE| tau yaaE| dulu juga burungnya suami bibi rasanya ngak pernah masuk sampai ke dalamaE| wah aku pikir yang accustomed aku atau Bi Asih nichaE| tapi dasar udah nafsu bangetaE| ngak ada lubang aE|. lubang apapun jadi dech aku pikiraE| memek Bi Asih semakin basah aku pegang-pegang terusaE| lalu aku tarik Bi Asih bangun dan ku ajak ke kamar orang tuakuaE| dia menolak ech jangan denaE| ngak apa-apa aku bilangaE|. aku paksa dia kekamar orang tuaku dan aku rebahkan dia di tempat tidur bounce bedaE| kebetulan tempat tidur itu menghadap ke kaca jadi aku bisa liat di kacaaE| lalu aku naik di atas tubuhnya Bi AsihaE| dan Bi Asih agak sedikit meronta.. den kan janji ya ngak sampai di gituinaE|. iya dech aku bilangaE|.
Aku lalu turun dari tubuh Bi Asih dan berlutut disamping tempat tidur lalu kutarik ke dua kaki Bi Asih sampai pantat Bi Asih tepat dipinggiran tempat tidur lalu aku ciumi lagi memek Bi Asih aE| dia kelihatannya senang diciumi lalu aku praktekkan apa yang aku baca di buku porno aE| aku masukan lidahku di sela-sela memek Bi Asih .. terasa hangat dan basah .. lalu aku mainkan lidahku.. aku jilat-jilat seluruh daging berwarna merah muda yang ada di dalam memek Bi AsihaE| aku jilat terus dan kadang kadan aku sedikit hisap-hisap bagian itilnya ituaE| Bi Asih tampak kegelian dan menggoyang-goyangkan pantatnya ke atas seolah-olah hendak mengejar lidahkuaE|. terasa semakin basah memek Bi Asih dan mungkin sudah banjir kali dan semakin banyak cairannyaaE| semakin licinaE|aE|aE|.aku lalu bangunaE|aE|dan aku dorong lagi Bi Asih ketengah tempat tidur dan aku timpah lagi tubuhnyaaE|aE|.
Aku ciumi lagi tete Bi Asih yang keras dan kenyal ituaE| dia nampak mulai menikmati lagi dan agak sedikit mengerang-erang dan mengelus elus rambut kepalakuaE|. pelan-pelan aku kangkangin paha Bi Asih mula-mula dia agak melawan tapi akhirnya pasrahaE| dan kutaruh penisku tepat di tengah-tengah vagina Bi AsihaE|pelan-pelan aku dorong.. dorong penisku ke vagina Bi AsihaE| yang sudah mulai banjir dan mulai licinaE| aku merasa bahwa sekarang captain penisku sudah mulai terjepit oleh bibir memeknya Bi Asih tapi tetap belum bisa masukaE| pelan pelan aku tekan agak keras Bi Asih tampak agak menggelinjang dan bilang aduh den jangan di toblos denaE| aku ngak perduli aku tekan lagi tapi susah juga rasanya sampai dekok kedalam vagina Bi Asih tapi belum mau tembus jugaaE| aku tarik lagi sedikit kebelakang dan dorong lagi tetap seperti tadi aE| tapi aku ngak menyerah aku tarik dorong tarik dorong ada kali 10 menitan.. dan waktu aku tarik-dorong itu terdengar bunyi ceprak..ceprok..ceprakaE| rupanya vagina Bi Asih bener-bener banjiraE| dan tiba-tiba aku mulai merasakan ada celah yang terbukaaE|. aku makin semangat tarik dorong tarik dorongaE| Bi Asih nampak mulai merem melek matanyaaE| dan matanya membalik balik kebelakangaE|.mulutnya mendesis desisaE| aku jadi semakin nafsu lalu aku kulum bibir Bi Asih.. dia menyambut ciumku dengan hot sekali.. baru pertama kali ini aku berciuman aE| jadi ngak tau caranya tapi.. aku pake naluri aja aku isap-isap lidah Bi Asih .. wah dia makin membinalaE| dan celah di memek Bi Asih makin terasa agak melebaraE| dan aku merasa kalau aku tekan agak keras pasti captain burungku ini bisa masuk.. ke dalam memek Bi AsihaE| lalu aku ambil ancang-ancangaE| kebetulan kedua jari jempol kaki ku bisa masuk di sela-selah tempat tidur sehingga aku punya pijakkan untuk mendorong kedepanaE|
pelan-pelan aku hitung dalam hati sambil tarik dorong tarik dorong satuaE| dua tigaaE|. empat aE|liiima aku tekan yang keras penisku ke memek Bi Asih, sementara bibir Bi Asih yang masih ada di dalam mulutku tibaaE| bersuara huhhaE|ehmmh huhuu dan Bi Asih memundurkan pantatnya kebelakangaE| dia memandang ke padaku dan menggelengkan kepala aE|janganaE| sakitaE| dia bilangaE| aku mengangguk.. lalu aku mulai kerja lagi.. tarik dorongaE| belum mauk-masuk juga.. captain peniskuaE| tapi akibat dorongang tadi kayaknya agak sedikit terbukaaE|.aku cari akalaE| wah gimana nich.. yaaE|. lalu kedua tanganku turun kebawah dan kumasukan kebelakang pinggang Bi Asih lalu turun sedikit kuremas-remas pantat Bi Asih yang besar aE| kayaknya dia tambah semakin terangsangaE| dan aku pikir ini lah saatnyaaE| aku pegang pantat Bi Asih keras-keras dan kutahan sekuat tenaga..dan kuhitung lagi satu. dua tigaaE| tekaaaaannnnnnaE|aE|aE| Bi Asih tampak meronta-rontaaE| tapi aku ngak perduli terus kutekaaaaaaan dan blesssssss penisku masuk kira-kira sepertigaaE| Bi Asih meronta lagiaE|mungkin merasa sakit pada vaginanya karena penisku ukurannya kebesaran sekali sehingga aku juga merasa bahwa kayaknya lubangnya Bi Asih kecil sekali sampai-sampai penisku ngak bisa bergerak terjepit seperti mau dipress rasanya kurang enak juga sehingga Bi Asih berusaha mendorong pinggulku keatas tapi aku lebih cepat lagiaE| kutarik tanganku dari pantat Bi Asih dan ku pegang ke dua tangan Bi Asih dan kutarik ke atas kepalanya dan kutahanaE| dia berusaha merontaaE| dengan mengeser pantat ke kiri dan ke kanan tapi aku ngak mau lepasaE| aku ikuti arah pergerakan pantat Bi Asih.. dia ke kanan aku ke kanan Bi Asih ke kiri aku ke kiri dia mundur aku majuaE|. Bi Asih agak merintih-rintih dan seperti orang makan cabai pedasaE|. dia memang kuat pinggangnyaaE| terus goyang kiri dan kanan aE|. tapi aku terus tancap burungku yang udah masuk sepertiga ke memek Bi AsihaE|. akibat gerakan biBi Asih ini mula-mula penisku yang ngak bisa bergerak akibat terjepit memek Bi Asih mulai bisa bergerak dan aku aku malah semangkin terangsang karena dengan gerakan kiri-kanan gitu penisku terasa tergesek-gesek oleh vaginanya Bi Asih. terus aku pantengaE| penisku di dalam memek Bi Asih dan memang saat itu rasanya lobang Bi Asih sempit sekali.. dan penisku terasa di emot-emot oleh memeknya Bi AsihaE| Lama-lama gerakan Bi Asih agak melemah dan nafas agak terengah engahaE| dan agaknya dia mulai bisa menerima kehadiran penisku di dalam memeknya dan sakitnya mulai hilangaE|.. Pelan-pelan aku mulai beraksi lagi kutarik sedikit penisku keluar tapi buru-buru kutekan lagi ke dalam. agar ngak lepas.. terasa agak sempit tapi enak karena memek Bi Asih udah basah banget jadi agak licin dan lancar pergerakkan penisku lalu aku terik sedikit..dan tekan kedalam.. kira-kira 5 menitanaE| aku melalukan hal itu aku benar-benar merasa nikmat sekali yang tak terhinggaaE| lalu dengan amat sangat bernafsu aku mulai menekan lagi penisku agak masuk lebih dalam lagiaE| aku tarik dulu keluar sedikit lalu aku tekan keras-keras kedalam Bi Asih menggelinjang.. dan bersuara aE| aduh.. huhh hmmm tapi suara desahan itu malah makin merangsangku dan kutekan dengan keras lagi dan .. blesssss masuk lagi penisku lebih dalam Bi Asih agak sedikit meronta.. mungkin agak sedikit nyeriaE| tapi aku ngak perduli aku tekan lagi lebih keras lagiaE| cabut sedikit tekan lagiaE| Bi Asih agak meronta-rontaaE| aku semakin nikmat sekali rasanya agak seperti mau kencingaE| aku semakin bersemangataE| dan dengan sekuat tanaga.. aku tekan tiba-tiba pantat ku ke depan aE|. dan bleessssss penisku amblas ke dalam memek Bi AsihaE|. Bi Asih agak sedikit menjerit..dan berusaha mencabutnya dengan menggeser pantatnya ke kiri dan ke kanan lagi.. tapi aku sudah samkin pintar aku tekan terus dan kuikuti pergerakannyaaE|. setelah Bi Asih ngak melawan lagi mulai aku cabut setengah dan kumasukin lagi .. begitu berulang-ulang.. nampaknya Bi Asih mulai menikmati dan dia kelihatan menngejang dan lalu memeluk aku keras-kerasaE|.. dan mulutnya mendesis desisaE| aku semakin bersemangataE| dan genjotanku semakin keras dan kencangaE|. dengan kedua kakiku kukangkangkan paha Bi Asih lalu aku genjot lagi penisku keluar masukaE|.. kira-kira 10 menit.. Bi Asih mengejang lagi dan memelukku lebih kencang lagi.. kayaknya dia orgasme lagiaE|. danaE| setelah itu dia kelihatan agak loyoaE| tapi aku merasa ada sesuatu yang akan keluar dari penisku aE| aku semakin keras mengocok penisku di dalam memek Bi AsihaE|dan kulihat dari kaca.. bagaimana penisku keluar masuk memek Bi AsihaE| bila aku tekanaE| tampak memek Bi Asih dekok ke dalam dan bila aku tarik keluar kelihatan bibir memeknya ikut munjung ke depanaE|aE|aE| kira-kiraaE|. 15 menit aE| aku merasa captain kepalaku agak panas dan sret-sretaE|. ada sesuatu keluar dari peniskuaE| aku merasa nikmat bangetaE| aku tekan keras-keras penisku di dalam memek Bi AsihaE| dan Bi Asih yang tadi udah lemes tampak bersemangat lagi dan dia goyangkan pantatnya ke kiri kekananaE|. aku semakin kenikmatanaE| dan tiba-tiba terasa lagi seeer serr ada cairan keluar dari peniskuaE| dan Bi Asih juga kelihatannya merasa nikmat jugaaE| dia seperti mencari-cari sesuatuaE| pantatnya naik-naik keatas dan tiba-tiba dia mengejang dan memelukku keras sekali dan kedua pahanya melilit keras di pinggankuaE| seperti orang capital gulataE|. aku ngak berkutik ngak bisa bergerakaE| dan terasa cairan dari dalam penisku semakin banyak keluaraE|aE|. Bi Asih semakin menggila dia mengigit.. gigitaE| bahukuaE|. dan menjerit lirih.. den.. enak sekali denaE|aE|aE| aku peluk Bi Asih keras-kerasaE|.. dan kita berpelukan kurang lebih lima menitaE|aE|. penisku yang tadi keras kayak batu sudah mulai melembekaE| dan Bi Asih nampak tergelak.. lunglai di sebelahkuaE|aE| Aku lalu bangun dan kucabut penisku dari memek Bi Asih.. dan kulihat memek Bi AsihaE|. aE| Aku pegang dan aku buka belahannya kini nampak ada lubangnyaaE|. dan aku melihat di seprai dekat memek Bi Asih banyak sekali cairan.. dan agak berwarna sedikit merah jambuaE|. aku agak kagetaE| dan bilang ama Bi AsihaE| bi aE|.. bibi masih perawan yaaE|aE|aE|.. Bi Asih tersenyum manisaE| dan menjawabaE| iya den soalnya selama bibi nikahaE| bibi belum pernah kemasukanaE|. karena mantan suami bibi dulu orangnya loyoaE|. baru nempel udah banjir dan lemesaE|. Aku menggumamaE|. pantas susah banget masuknyaaE|aE|.terus si Bi Asih nimpali bukan susahaE|.tapi emang burungnya den bram yang kegedeanaE|. bibi ampe hampir semaput rasanyaaE|aE| Malam itu aku tidur berdua dengan Bi Asih di kamar ortu guaaE|. kita tidur telanjang bulataE|. cuma di tutup pakai selimutaE|aE| pagi-pagi jam 5 pagi udah terbangunaE|. dan penisku tiba-tiba mengeras lagiaE|. aE| tanpa permisiaE| aku langsung naik lagi kebadan Bi AsihaE|..yang masih setengah tidur dan dia terbangunaE|.. Aku kangkangin lagi pahanya ke kiri dan kekananaE| Bi Asih diam aja pasrah hanya memandangi perbuatan ku dengan sedikit senyumaE|.. lalu penisku yang sudah mulai mengeras.. aku tempelkan lagi di depan memek Bi Asih dan aku tekan-tekanaE| tapi ngak bisa masuk-masukaE| Bi Asih tersenyumaE|. dan dia bilang sini Bi Asih bantuaE| lalu tangannya ke bawah memegang penisku dan membimbing penisku tepat di muka lubang memeknya Bi Asih.. terasa hangataE| lubang itu dan mulai basahaE| ternyata kali ini ngak sesulit tadi malamaE| captain penisku dengan beberapa kali tusukan maju munduraE| mulai bisa masuk ke dalam tapi tetapnya aja terasa sempit walaupun memek Bi Asih mulai basah dan licinaE| dan kelihatanya Bi Asih juga merasa bahwa penisku luar biasa ukuranyaaE| beberapa kali dia sedikit mengaduhaE| tapiaE| setelah memeknya betul-betul banjiraE| dan penisku bent masuk seluruhnya.. dia mulai bisa menikmatiaE| danaE| pagi itu aku bersenggama dengan Bi Asih sampai jam 7.00 pagiaE| Bi Asih orgasme sampai 3 kaliaE| dan aku muncrat juga tapi ngak sebanyak tadi malamaE|aE| Seharian kita males-malesan di tempat tiduraE| dan abscessed hariaE| kita ngentot lagiaE|aE|ampe jam 10 malemaE|. Senin pagi aku bangun dan bolos sekolahaE|. karena pagi itu sehabis mandi pagi dan sarapanaE|. aku rencananya mau berangkat sekolah aE|. tapi tiba-tiba aku menjadi nafsu lagi melihat Bi Asih baru keluar dari kamar mandi pakai handuk sajaaE|. lalu aku tarik Bi Asih ke kamarnya aE|. ku buka handuknya ku ciumi tetek .. ku isap-isap pentilaE| dan kurebahkan dia di tempat tidurnyaaE|. dan ku entot lagiaE|. wah enak rasanya ngentot Bi Asih yang baru mandi karena bau badannya segar banget bau sabunaE|.. dan aku bersetubuh dengan Bi Asih di kamarnya senin pagi itu sampai jam 9.00 pagiaE| dan aku terpaksa membolos sekolahaE|aE| Sorenya orang tuaku pulang dari JakartaaE|aE| dan sejak saat itu aku kalau malam sering ke kamar Bi Asih dan melakukan hal itu lagi.. dan kelihatannya Bi Asih juga mulai ketagihan seperti akuaE|. Ibu aktif organisasi Dharma WanitaaE| sehingga kami sering punya kesempatan berdua sama Bi Asih dan selalu ngak pernah menyia-nyia kesempatan ituaE|..
Hubungan ini berlangsung kurang lebih 3 bulanaE| lama-lama kayaknya ibuku mencium gelagataE|. dan hari itu kira-kira sebulan lagi sebelum aku ujian akhir kelas 3 SMP aku lihat pagi-pagi ibuku ada di kamar Bi AsihaE|..dan Bi Asih nampak tertunduk.. dan kayaknya agak sedikit menangisaE| aku ngak berani campur tanganaE|.. dan waktu aku pulang sekolahaE|. Bi Asih sudah ngak di rumahku lagiaE| dia sudah pulang kampung di antar oleh sopir ayahku. Aku sedih banget saat itu.. tapi ngak bisa buat apa-apa dan 2 hari kemudian ibuku dapat pembantu baru lagiaE| dari jawa orang masih muda juga hitam manis kira-kira umurnya 30 tahunanaE|..badannya sekel banget.. mungkin biasa kerja di sawahaE| . Nah sama yang ini aku juga punya pengalamanaE| tapi aE|